News and Blog

Tingkatkan Eksistensi Bahasa Daerah, Kemendikbudristek Rayakan Bulan Bahasa

Bulan Bahasa
Berita

Tingkatkan Eksistensi Bahasa Daerah, Kemendikbudristek Rayakan Bulan Bahasa

Jakarta, (Itjen kemendikbudristek) – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melaksanakan serangkaian kegiatan dalam rangka merayakan Bulan Bahasa. Salah satu rangkaian acaranya adalah “Menjalin Indonesia dari Provinsi Sulawesi Selatan”, yang dilakukan secara hybrid (gabungan daring dan luring) pada Senin, (11/10). Acara luring digelar di Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan secara terbatas dengan protokol kesehatan ketat, sementara peserta lain menyaksikan via conference dan juga YouTube, namun tidak mengurangi khidmat dalam pelaksanaannya.

Sesi foto moderator bersama para narasumber dalam acara Bulan Bahasa dan Sastra dengan tema ‘Eksistensi Bahasa dan Sastra Daerah sebagai Tunas Bahasa Ibu di Era Milenial’ pada Senin, (11/10). (Tangkap Layar : Zoom Meeting)

Acara berbentuk diskusi, dengan tema: “Eksistensi Bahasa dan Sastra Daerah sebagai Tunas Bahasa Ibu di Era Milenial” yang mengundang 4 narasumber: Andi Ina Kartika Sari, S.H., M.Si atau Andi yang merupakan Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Selatan; Dr. Dora Amalia atau Dora yang merupakan Pit. Kepala Pusat Pengembangan dan Pelindungan Bahasa dan Sastra; Dr. Muhlis Hadrawi, S.S., M.Hum atau Muhlis yang merupakan Ketua Departemen Sastra Daerah Universitas Hasanuddin Makassar; dan Drs. Abd. Rasyid, M.Pd atau Rasyid yang merupakan Peneliti Ahli Madya Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan. Acara dibuka dengan sambutan dari Zainab selaku Kepala Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan.

Dalam sambutannya, Zainab mengungkapkan acara ini dilatari dengan adanya stigma bahwa bahasa daerah dianggap kampungan oleh generasi muda. “Acara Bulan Bahasa dan Sastra dengan tema ‘Eksistensi Bahasa dan Sastra Daerah sebagi Tunas Bahasa Ibu di Era Milenial”yang melatari adanya tema tersebut ialah stigma bahwa bahasa daerah dianggap kampungan oleh generasi muda yaitu kaum milenial yang kita kenal sekarang. Bila stigma ini tidak cepat ditangani oleh para pengampu kepentingan maka bahasa daerah bisa saja hanya menjadi kenangan,” Ujarnya.

Selanjutnya, dipandu dengan Dr. Asis Nojeng, S.Pd., M.Pd dari Universitas Muhammadiyah Makassar selaku moderator dalam diskusi bersama keempat narasumber. Pemaparan materi pertama dimulai dengan Dora yang menjelaskan tahun ini perlindungan bahasa dan sastra daerah mulai masuk ke jalur pendidikan, oleh sebab itu di dalam program percontohan terdapat tiga balai bahasa yang menjadi model, satu diantaranya adalah balai bahasa Sulawesi Selatan. Ia juga mengatakan mulai serius dalam menyelenggarakan program perlindungan bahasa, tidak hanya sekedar melakukan pemetaan bahasa atau melakukan penelitian, tetapi juga ikut andil pada aksi nyata ke dalam sektor pendidikan dengan pelatihan pada guru bahasa daerah yang dilatih untuk mengajarkan pada siswa, dan diujung kegiatan ini akan ada festival dengan berbagai jenis mata lomba.

Dilanjutkan oleh Ketua DPRD Provinsi Sulawesi Selatan, Andi, yang mengatakan penggunaan bahasa daerah sudah hilang di kalangan generasi milenial. Masyarakat yang kental dengan tradisi adat serta bahasa juga harus mengikuti perkembangan zaman milenial yang semakin canggih dengan berbagai teknologi, yang secara tidak langsung menghilangkan dan melupakan budaya dan bahasa daerahnya.

“Masyarakat yang kental dengan tradisi serta bahasa daerah, mau tidak mau harus mengikuti perkembangan zaman milenial yang semakin canggih dengan berbagai teknologi, begitu juga dengan pemuda yang tinggal di desa yang di tuntut paham dan mengerti tentang teknologi. Oleh sebab itulah sedikit banyak menghilangkan serta melupakan budaya dan bahasa daerahnya, akhirnya generasi milenial kita saat ini miskin akan bahasa daerah,” ujar Andi.

Selanjutnya, Muhlis memaparkan bahasa dan sastra Daerah memiliki kekuatan penting di era milenial, yang diperlukan adalah kebijakan milenial yang berkenaan dengan bahasa dan sastra daerah, baik dalam segala liku juga melibatkan semua isu yang ada maka dari itu akan menjadi sinegri yang terjalin dengan baik.

Terakhir, Drs. Abd. Rasyid, M.Pd atau Rasyid selaku Peneliti Ahli Madya Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan mengatakan Bahasa dan Sastra perlu rehabilitasi yang di kembalikan kepada fungsinya dan juga maknanya serta perlunya konservasi yang mengkaitkan nilai, fungsi, dan harapan pada bahasa dan sastra Daerah.

Sesi terakhir ditutup dengan Alifiah Ummah dan M. Renaldi Pratama selaku pembawa acara dengan penampilan pemenang terbaik 1 musikalitas puisi tingkat Sulawesi Selatan dari SMA Negeri 2 Makassar.