Tiga Ahli Kebudayaan Dianugerahi Gelar Tanda Kehormatan oleh Presiden
Agustus 17, 2023 2023-08-17 7:12Tiga Ahli Kebudayaan Dianugerahi Gelar Tanda Kehormatan oleh Presiden
(Jakarta, Itjen Kemendikbudristek) — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) memprakarsai acara Anugerah Kebudayaan Indonesia, dan mengajukan nama tiga Begawan Budaya untuk menerima penghargaan tanda kehormatan dari Presiden Joko Widodo. Presiden Joko Widodo secara langsung memberikan penghargaan tanda kehormatan melalui keturunan masing-masing ahli di Istana Negara, Senin (14/08/2023).

Tiga Ahli Kebudayaan ini adalah (alm.) Tjokorda Gde Agung Sukawati dan (alm.) Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Djojokusumo yang menerima penghargaan Bintang Budaya Parama Dharma, serta (alm.) Ki Mohamad Amir Sutaarga yang dianugerahi Bintang Jasa Nararya.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Kemendikbudristek, Hilmar Farid, menjelaskan bahwa sejak tahun 2012, Kemdikbudristek secara konsisten memberikan apresiasi kepada tokoh-tokoh yang berjasa dan berkontribusi dalam upaya memajukan kebudayaan Indonesia. “Melalui AKI, pemerintah bersama para pahlawan kebudayaan bekerja bersama dalam memajukan kebudayaan,” ujar Dirjen Hilmar dalam acara yang sama.
Selain penghargaan tanda kehormatan dari Presiden, dalam AKI 2023, Kemendikbudristek juga memberikan berbagai kategori penghargaan lainnya yang akan diberikan oleh Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim.
Kategori-kategori tersebut meliputi Pelestari, Pelopor dan Pembaru, Maestro Seni Tradisi, Anak dan Remaja, Media, Lembaga dan Perorangan Asing, Pemerintah Daerah, serta Masyarakat Adat. Penyerahan penghargaan kepada semua penerima AKI ini akan dilakukan pada bulan November 2023 di Jakarta.
Profil Ketiga Ahli Kebudayaan
Tjokorda Gde Agung Sukawati adalah seorang budayawan asal Bali yang berhasil melakukan diplomasi kebudayaan dan berperan dalam perkembangan pariwisata yang berbasis pada seni dan budaya di Bali, yang dikenal sebagai pariwisata berbasis budaya dan komunitas. Salah satu kontribusi pentingnya adalah membentuk kolaborasi antara seniman di Ubud dan sekitarnya dengan akademisi dan seniman dari mancanegara. Hal ini menjadikan Ubud dikenal sebagai Pusat Seni Internasional yang terus berkembang. Penghargaan diberikan melalui keturunannya, Tjokorda Gde Putra A.A. Sukawati.
Selanjutnya, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Djojokusumo adalah pendiri Akademi Seni Karawitan Indonesia (ASKI), yang sekarang dikenal sebagai Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. Ia juga merupakan tokoh penting dalam penggabungan perguruan tinggi swasta di Surakarta menjadi Universitas Gabungan Surakarta (UGS), yang kini menjadi Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS). Penghargaan diberikan melalui keturunannya, BRA. Fatimah Retno Hapsari.
Penerima lainnya, Mohammad Amir Sutaarga adalah seorang pakar dalam bidang permuseuman yang memberikan kontribusi penting bagi perkembangan museum di Indonesia serta pendidikan dalam bidang museologi. Penghargaan diberikan melalui keturunannya, Siti Chamsiah Sutaarga.