News and Blog

PTM Terbatas Sukses Dilaksanakan di Pulau Pari

Berita

PTM Terbatas Sukses Dilaksanakan di Pulau Pari

Tim Itjen Kemendikbudristek didampingi tim Sudin Pendidikan Kepulauan 1000 meninjau pelaksanaan PTM Terbatas di SDN 01 Pari, Senin, (27/09). (Foto: HumasItjen/Ikram)

Jakarta, (Itjen Kemendikbudristek) – Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas sudah mulai berjalan baik di beberapa daerah. Tidak hanya di kota besar, PTM terbatas juga sukses dijalankan di daerah pulau kecil dan cenderung terpencil, seperti halnya di Pulau Pari, Kabupaten Kepulauan Seribu, Jakarta. Hal ini terlihat dalam kunjungan oleh Inspektorat Jenderal (Itjen) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) saat pelaksanaan PTM terbatas di SDN 01 Pari, Senin, (27/09). SDN 01 Pari merupakan satu-satunya sekolah yang sudah memulai pelaksanaan PTM terbatas di Pulau Pari, karena telah dinyatakan siap oleh Dinas Pendidikan DKI setelah melalui proses dua kali asesmen, Bimbingan Teknis pada guru, verifikasi dari pengawas sekolah, dan semua guru telah divaksin.

Kepala Sekolah SDN 01 Pari, Ulmu Bahroir, mengungkapkan tingginya antusiasme orangtua siswa dan siswa menyambut PTM terbatas. Hal ini dikarenakan telah lamanya siswa bersekolah jarak jauh, sementara sinyal internet terkadang tidak stabil di pulau, dan juga membutuhkan kuota internet yang cukup banyak. “Orangtua sangat antusias, hanya saja, kita harus sabar mengedukasi masyarakat untuk menjalankan protokol kesehatan ketat. karena masyarakat kadang belum langsung taat, harus diingatkan dulu,” ujar Ulmu mengingat satu tantangan saat baru mulai melaksanakan PTM terbatas.

Lebih lanjut Ulmu menjelaskan, pelaksanaan PTM terbatas di SDN 01 Pari berlangsung dengan metode belajar blended learning, di mana kelas dibagi menjadi dua kelompok, 1 kelompok mengikuti PTM dan di saat yang sama kelompok lain mengikuti pembelajaran di kelas melalui Zoom meeting. Kedua kelompok bergantian secara bergilir mengikuti PTM setiap minggunya. “Grup 1 dan grup 2 bergantian. Satu grup berisi 13 orang,” terang Ulmu.

Ulmu kemudian memaparkan jadwal pelaksanaan PTM terbatas. Masing-masing kelas mengikuti jadwal PTM seminggu sekali. “Pelaksanaan PTM dilakukan Senin, Rabu, Jumat. Senin untuk kelas 1 dan 4, Rabu kelas 2 dan 5, Jumat untuk kelas 3 dan 6. Adapun hari selasa dan kamis dikhususkan untuk melakukan penyemprotan disinfektan pasca kelas dipakai PTM, sehingga saat PTM, kelas steril kembali,” jelas Ulmu.

Pengawas sekolah dari Suku Dinas Pendidikan Kepulauan Seribu untuk SDN 01 Pari, Risnamurti menjelaskan pembukaan sekolah yang dilakukan bertahap. “Jadi kita mulai masuk seminggu sekali, awalnya dicoba Mei lalu. Namun karena mulai PPKM, kita berhentu dulu. Saat PPKM Level 4 selesai, kita mulai lagi. Saat ini sudah 100% siswa mengikuti PTM terbatas” terang Risnamurti.

(Foto: HumasItjen/Ikram)

Risnamurti menjelaskan fungsi keberadaannya sebagai pengawas dalam PTM terbatas. Pengawas hadir untuk melihat apakah metode pengajaran yang dilakukan guru sudah benar, agar siswa di rumah bisa mengikuti pembelajaran dengan baik pula, adakah ice breaking, dan berbagai hal lain yang dibutuhkan untuk kelancaran dan keamanan PTM terbatas. Ice breaking dibutuhkan karena tidak ada jadwal istirahat dalam kelas, namun suasana dalam kelas harus dibuat menyenangkan dan siswa tidak bosan.

“Alhamdulillah, selama PTM terbatas berlangsung, tidak ada siswa positif covid,” terang Risnamurti. Ia menjelaskan alasan dua sekolah lain di Pulau Pari, yaitu TK Pulau Pari dan SMP Satu Atap Pulau Pari belum menjalankan PTM terbatas. “Guru SMP Satu Atap Pulau Pari sedang tahap Bimtek untuk persiapan PTM terbatas, sedangkan guru TK sebagian sedang melaksanakan Bimtek Remedial,” ungkap Risnamurti.

Risnamurti melanjutkan, tiap jumat ada evaluasi pelaksanaan PTM terbatas, dan protokol kesehatan juga dilakukan dengan ketat. “Protap pemakaian masker, faceshield, masker pengganti dari sekolah, kita patuhi. Sekolah dari jam 8 sampai dengan jam 10 pagi. Tidak ada istirahat, tidak pinjam alat tulis, tidak makan di kelas, semua peraturan dari SKB 4 Menteri kita jalankan,” Ungkap Risnamurti.

Dalam kunjungan, tim dari Itjen Kemendikbudristek yang dipimpin Kepala Bagian Tata Usaha, Harsono juga menyempatkan diri berinteraksi dengan siswa yang sedang melaksanakan PTM Terbatas. Harsono dan Subkoordinator Keuangan – Rumah Tangga, Ridwan melontarkan beberapa pertanyaan, yang dijawab dengan malu-malu oleh siswa kelas 4 dan kelas 1 yang berada di kelas. Walau malu-malu, beberapa siswa bisa menjawab pertanyaan yang dilontarkan dengan benar.

(Foto: HumasItjen/Ikram)

Saat ditanyakan kepada siswa, lebih senang belajar di rumah atau di sekolah, serentak mereka menjawab “di sekolah!”. Ketika tim meminta siswa yang lebih senang belajar di sekolah untuk mengacungkan tangan, hampir seluruh siswa melakukannya. Ini menunjukkan semangat dan keinginan siswa yang besar untuk kembali belajar di sekolah.

Dari pemantauan tim Itjen, pelaksanaan PTM terbatas berlangsung lancar dengan kerja sama yang solid antara guru yang bertugas. Dalam 1 kelas, ada 1 guru yang menerangkan pelajaran, 1 sebagai operator laptop dan host, dan 1 lagi memegang kamera untuk Zoom. Selain itu, ada satgas Covid yang bertugas setiap hari sebanyak 2 orang. Mereka bertugas mengecek suhu saat datang dan pulang, serta mengingatkan penggunaan hand sanitizer  dan memantau pelaksanaan PTM agar berlangsung sesuai protokol kesehatan. Siswa pun tertib menjaga jarak di kelas, bahkan saat keluar kelas, di mana mereka dengan sabar bergantian keluar kelas dengan tetap menjaga jarak. Saat pulang, orang tua sudah siap menjemput di depan sekolah.

“Bila ada anak terlihat sakit, langsung kita suruh tidak sekolah. apalagi ada gejala batuk,” tambah Ulmu menegaskan protokol kesehatan ketat saat pelaksanaan PTM terbatas.

Neng Hasanah selaku guru kelas IV menjelaskan perbedaan yang dirasakannya saat mengajari anak secara daring maupun luring. Neng melihat siswa saat pertama memulai PTM terbatas, tidak seresponsif dibanding saat mereka full bersekolah tatap muka sebelum pandemi. “Mungkin karena di rumah sambil bermain,” ungkapnya. Neng menambahkan, dengan PTM, lebih bisa menerangkan pelajaran ke anak-anak. “Bila anak-anak belajar secara daring, mungkin tidak semengerti itu,” lanjutnya.

PTM terbatas di Pulau Pari menjadi salah satu kisah sukses pelaksanaan PTM dengan protokol kesehatan ketat, dan aman dari Covid-19. PTM terbatas dibutuhkan untuk mengatasi learning loss dari pelaksanaan pembelajaran jarak jauh yang terlalu lama. Semoga praktik baik baik yang terjadi saat PTM terbatas di Pulau Pari dapat juga terjadi ke seluruh pelosok negeri.