News and Blog

Perhatian Kemendikbudristek Kepada Sekolah Adat

WhatsApp Image 2023-05-09 at 10.40.12
Artikel

Perhatian Kemendikbudristek Kepada Sekolah Adat

Perwakilan siswa dari beberapa sekolah adat ikut menjadi peserta Upacara Hardiknas 2023 di lingkungan Kemendikbudristek, dan berkesempatan foto bersama Menteri Nadiem. (Foto: Kemendikbudristek).

Menurut sensus dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2010, Indonesia terdiri setidaknya 1.340 suku bangsa. Dari ribuan suku bangsa tersebut, ada beberapa yang tetap mempertahankan adat istiadatnya dalam kehidupan sehari-hari, dan sebagian dari mereka menolak modernisasi. Karena tidak ingin tersentuh dari dunia luar, tidak jarang komunitas dari suku bangsa tersebut membuka sekolah sendiri, yang disebut sekolah adat.

 

Sesuai amanat dari pasal 31 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945, setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, maka Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) menyadari hal ini dan berdari berupaya sebisa mungkin untuk mendukung dan membina sekolah adat di Indonesia.

 

Pendirian sekolah adat bertujuan untuk menyediakan sarana belajar budaya yang vital dan berkelanjutan, sehingga menjadi tempat mengembangkan kemampuan dan kapasitas pelaku/pengelola pemajuan kebudayaan, baik perseorangan, lembaga, maupun organisasi kemasyarakatan di bidang kebudayaan. Upaya ini merupakan wadah mengoptimalkan ruang-ruang publik menjadi ruang interaksi budaya.

 

Salah satu dukungan dan upaya menunjukkan kesetaraan dan kesempatan yang sama bagi siswa sekolah adat ditunjukan Kemendikbudristek dengan menghadirkan perwakilan dari sekolah adat sebagai peserta upacara Hardiknas 2023 di lingkungan Kantor Pusat Kemendikbudristek. Dikatakan Direktur Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Masyarakat Adat Kemendikbudristek, Sjamsul Hadi, bahwa pembelajaran yang dijalankan di sekolah adat sebagai salah satu pendidikan alternatif bagi masyarakat adat pada kenyataannya sejalan dengan prinsip Kurikulum Merdeka yang diusung kementerian.

 

Sjamsul melanjutkan, berdasarkan data Kemendikbudristek tahun 2023, jumlah sekolah adat yang telah dibina kementerian mencapai 118 sekolah yang tersebar di seluruh bagian Indonesia “Dukungan yang sudah kami berikan bagi sekolah adat antara lain penyusunan kurikulum kontekstual bagi sekolah adat, bekerja sama dengan Pusat Kurikulum dan Pembelajaran Kemendikbudristek,” ujarnya usai upacara Hardiknas di Kantor Kemendikbudristek, Jakarta, Selasa (02/05/2023).

 

Kehadiran sekolah adat direspons dengan baik oleh anak-anak masyarakat adat. Salah satu buktinya adalah testimoni siswa dari sekolah adat Sokola Sumba.  Ditemui usai upacara peringatan Hardiknas 2023, Herman sang siswa, menceritakan kesenangannya bisa bersekolah di Sokola Sumba. Di sekolah adat tersebut, ia mendapatkan pelajaran menganyam dan menenun dengan membawa daun pandan sendiri dan juga mendapat bahan dari guru. Sokola Sumba terletak di Kampung Adat Sodan, Desa Laboya Dete, Lamboya, Kabupaten Sumba Barat, NTT.

 

Lain pula kisah dari Nisa, siswa Sekolah Adat Pesinauan Osing, Banyuwangi, Jawa Timur. Pemilik nama lengkap Shoula Nisa Lailatus Syiam itu menjalani dua jenis pendidikan sekaligus, yakni pendidikan formal di SMK dan sekolah adat. Nisa kini menjadi siswi kelas X di SMKN 1 Banyuwangi. Ingin mengetahuo lebih dalam mengenai adat di desa Kemiren, Banyuwangi adalah alasannya masuk ke sekola adat. “Sangat menyenangkan. Sama guru diajarin membuat keterampilan baru. Misalnya seperti yang dikasih ke Pak Menteri tadi. Itu kerajinan tas dari daun kelapa, khas desa Kemiren, namanya Wayut. Nama Wayut bisa dijabarkan dengan kata warisan buyut,” tutur Nisa menceritakan keterampilan yang didapatnya dari sekolah adat.

 

Tak hanya menjadi murid, Nisa ternyata juga menjadi guru di Sekolah Adat Pesinauan Osing. Nisa mengajarkan tari tradisional kepada anak-anak sekolah adat itu, sesuai dengan latar belakangnya di SMK, yakni Seni Tari. Pada Senin hingga Jumat, Nisa biasanya bersekolah di SMKN 1 Banyuwangi, lalu pergi ke sekolah adat pada hari Minggu atau hari libur lain. “Kalau di sekolah adat, saya sebagai mentor tari. Saya ajarkan anak-anak mulai dari olah tubuh, lalu olah rasa,” ujarnya.

 

Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim menyampaikan, terkait pembelajaran yang menyenangkan, proses belajar yang menyenangkan dan memerdekakan akan melahirkan pembelajar sepanjang hayat dengan Profil Pelajar Pancasila, yang berujung pada lahirnya generasi baru SDM unggul yang siap membangun Indonesia. Karena gotong-royong yang semakin era tantara semua pemangku kepentingan, gerakan Merdeka Belajar, lanjut Menteri Nadiem, akan membawa kita semakin dekat dengan cita-cita Ki Hadjar Dewantara.