Pameran Daring “Soekarno dan Buku-Bukunya” Resmi Dibuka
November 28, 2020 2020-11-28 3:36Pameran Daring “Soekarno dan Buku-Bukunya” Resmi Dibuka

Jakarta (Itjen Kemendikbud) – Museum Kepresidenan Republik Indonesia (RI) Balai Kirti bekerja sama dengan Historia.id menyelenggarakan pameran daring “Bung Karno dan Buku-Bukunya” pada 24 November 2020-18 Desember 2020. Pameran tersebut dapat diakses melalui www.balaikirti.kemendikbud.go.id.
Pembukaan pameran dan dialog sejarah “Bung Karno dan Buku-Bukunya” disiarkan secara langsung di kanal YouTube Museum Kepresidenan RI Balai Kirti dan Historia.id yang dihadiri oleh para pejabat dan tokoh Indonesia, di antaranya Presiden RI ke-5 Megawati Soekarnoputri, anggota DPR RI Puti Guntur Soekarno, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Anwar Makarim, Direktorat Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid, dan Walikota Bogor Bima Arya.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Anwar Makarim secara resmi membuka pameran melalui siaran langsung ini. “Buku merupakan sumber pengetahuan yang mencerdaskan. Dengan membaca buku perspektif dan pemahaman kita terhadap dunia menjadi lebih luas dan beragam,” tutur Mendikbud.
Mendikbud juga mengatakan, Soekarno adalah warisan bukti yang menjadi inspirasi. Pemikiran merdeka beliau adalah contoh terbaik karena di tengah keterbatasan beliau tetap manusia merdeka yang memiliki gagasan yang bebas dan sama sekali tidak terkekang. Mendikbud berharap pameran ini dapat menginspirasi generasi muda untuk lebih menggiatkan lagi minat membaca dan benar-benar mengerti artinya merdeka.
Pemimpin redaksi Historia.id Bonnie Triyana yang juga selaku kurator pameran daring “Bung Karno dan Buku-Bukunya” menjelaskan, “Pameran ini memperlihatkan bagaimana pergulatan intelektual seorang Bung Karno. Kita bisa melihat negeri yang sekarang kita tinggali bermula dari sebuah ide. Ide tersebut berasal dari buku-buku yang dibaca oleh para pendiri bangsa kita, dalam hal ini Bung Karno.”
Pameran ini menyediakan 20 buku yang bisa dilihat secara digital. Buku-buku tersebut sebagian besar berbahasa Belanda, Inggris, Perancis, dan Jerman. “Buku-buku tersebut saya duga dibaca ketika Bung Karno berada di pengasingan. Buku-buku tersebut sebagian besar ditandatangani oleh Bung Karno di halaman judul dan di bagian dalam buku diberikan komentar dan kritisi bahkan dia mengelaborasi ide-ide. Kemudian ide tersebut digunakan sebagai cara menggerakkan kesadaran bangsa Indonesia untuk menghadapi kolonialisme,” ujar Bonnie.
Buku-buku yang dipamerkan memiliki sejarah masing-masing. Buku tersebut adalah koleksi pribadi Bung Karno yang diberikan oleh tokoh-tokoh yang juga merupakan sahabat beliau. “Ini adalah cara kita agar dapat menelusuri pemikiran Bung Karno yang penuh dengan ide-ide yang merentang dari spektrum kiri-kanan, sosialisme sampai Islam,” tutup Bonnie. (ATR)