Mengenal Candi Muaro Jambi, Situs yang Pernah Jadi Pusat Pendidikan Asia Tenggara
Januari 22, 2024 2024-01-22 15:26Mengenal Candi Muaro Jambi, Situs yang Pernah Jadi Pusat Pendidikan Asia Tenggara
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) sedang bersiap dalam upaya revitalisasi warisan budaya Indonesia Candi Muaro Jambi. Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi, Provinsi Jambi, yang telah mendapat status warisan budaya nasional, kini menjadi salah satu fokus dan prioritas revitalisasi pemerintah Indonesia.

Sekretaris Jenderal Kemendikbudristek, Suharti, menyoroti pentingnya mengoptimalkan program Merdeka Belajar melalui revitalisasi ini. Dengan pembangunan Kampus Merdeka di atas lahan seluas 30 hektar, pemerintah berharap dapat menghidupkan kembali semangat pendidikan yang telah ada sejak abad ke-8. Kampus ini, yang direncanakan sebagai rumah panggung kayu, akan menjadi pusat riset, studi, museum, galeri, laboratorium, dan fasilitas pembelajaran.
Pengungkapan temuan arkeologis di KCBN Muaro Jambi menunjukkan bahwa kawasan ini bukan hanya sekadar candi bersejarah. Sebaliknya, ia adalah pusat pendidikan Buddhisme tertua dan terluas di Asia Tenggara pada masa lampau. Candi Muaro Jambi, kompleks percandian agama Hindu-Buddha terluas di Asia Tenggara yang diduga peninggalan kerajaan Sriwijaya atau kerajaan Melayu, kini menjadi saksi bisu dari sejarah gemilang Indonesia.
Dengan luas 3.981 hektar, Candi Muaro Jambi terletak di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Indonesia. Kompleks candi ini, diperkirakan berasal dari abad ke-7 hingga ke-12 M, menjadi situs candi terbesar dan terawat dengan baik di Pulau Sumatra. Sejak tahun 2009, kompleks ini telah dicalonkan ke UNESCO untuk menjadi Situs Warisan Dunia.
Pertama kali dilaporkan pada tahun 1824 oleh seorang letnan Inggris bernama S.C. Crooke, kompleks percandian Muaro Jambi baru mulai mendapatkan perhatian serius pada tahun 1975. Pakar epigrafi Boechari menyimpulkan bahwa peninggalan ini berasal dari abad ke-7 hingga ke-12 Masehi. Dalam kompleks percandian ini, sembilan bangunan telah dipugar dan menampilkan corak Buddhisme. Antara lain adalah Candi Kotomahligai, Kedaton, Gedong Satu, Gedong Dua, Gumpung, Tinggi, Telago Rajo, Kembar Batu, dan Candi Astano.
Selain sebagai warisan budaya, kompleks percandian Muaro Jambi memiliki struktur dan tinggalan sejarah lainnya. Dengan gundukan tanah (menapo) yang belum dikupas, parit atau kanal kuno, kolam penampungan air, serta gundukan tanah dengan struktur bata kuno, kompleks ini menjadi bukti kehidupan dan pertemuan berbagai budaya pada masa lalu.
Oleh masyarakat setempat, gunung kecil di kompleks tersebut disebut sebagai Bukit Sengalo atau Candi Bukit Perak. Gunung kecil tersebut bukan hanya sebuah gundukan tanah buatan manusia, tetapi juga saksi bisu perjalanan sejarah kompleks percandian Muaro Jambi.
Dengan revitalisasi yang sedang dilakukan, harapannya adalah Candi Muaro Jambi akan terus menjadi pusat pendidikan, bukan hanya di tingkat nasional tetapi juga di tingkat Asia Tenggara. Sebagai situs bersejarah dan warisan budaya yang berharga, Candi Muaro Jambi akan terus menjadi tempat pembelajaran dan inspirasi bagi generasi masa depan.
Sumber:
Siaran pers Kemendikbudristek Nomor: 001/sipres/A6/I/2024
https://jambiprov.go.id/profil-muaro-jambi.html