Menelusuri Budaya Peranakan di Indonesia dan Sejarahnya
Mei 9, 2023 2023-05-09 11:57Menelusuri Budaya Peranakan di Indonesia dan Sejarahnya

Budaya Peranakan adalah budaya yang unik dan berbeda dari budaya asli Tiongkok maupun budaya asli Indonesia. Kata ‘peranakan’ sendiri berasal dari Bahasa Melayu yaitu ‘anak’, dan peranakan memiliki arti keturunan. Secara luas maksud peranakan berarti orang pendatang yang telah tinggal menetap selama beberapa generasi sehingga tidak hanya menghasilkan kawin silang saja tetapi juga alkulturasi seni dan budaya.
Budaya Peranakan muncul dari perkawinan antara orang Tionghoa dengan orang pribumi tempat mereka bermukim, terutama di daerah-daerah seperti Malaka, Singapura, serta di Indonesia banyak dijumpai di Medan, Tangerang, dan Semarang. Namun bukan hanya mengacu pada keturunan yang telah melakukan perkawinan silang, peranakan juga mengacu pada keturunan tionghoa asli (yang tidak menikah dengan pribumi), tapi telah berasimilasi dengan penduduk lokal sehingga budaya merekapun telah mengadopsi dan berhibridisasi dengan budaya lokal.
Sejarah Budaya Peranakan dimulai pada abad ke-14 atau 15 ketika Tiongkok mengalami pergolakan politik dan sosial yang memaksa banyak orang-orang Tionghoa untuk mencari tempat tinggal baru. Sejumlah orang Tionghoa tersebut memilih untuk bermukim di daerah-daerah pesisir di sebuah wilayah yang disebut Nan Yang dalam Bahasa Tionghoa. Daerah tersebut mencakup Malaka, Singapura, dan Kepulauan di Indonesia. Di sana mereka menikahi wanita pribumi dan membangun keluarga yang menjadi cikal bakal dari Budaya Peranakan. Migrasi penduduk Tionghoa ke wilayah Nan Yang terjadi hingga abad ke-17.
Perkawinan antara pendatang Tionghoa dan kaum pribumi terjadi lebih masif pada abad ke-18 hingga 19. Hal ini dikarenakan adanya kebijakan dari pemerintah Hindia Belanda untuk membatasi kedatangan dan keberadaan masyarakat Tionghoa, sehingga beberapa keturunannya memilih untuk menikahi pribumi agar bisa bisa diakui sebagai bagian dari penduduk negara yang sekarang dikenal sebagai Indonesia.
Di Indonesia, budaya Peranakan memiliki banyak ciri khas yang unik, seperti penggunaan bahasa campuran antara bahasa Tionghoa dan bahasa pribumi, yaitu Bahasa Kreol atau tionghoa pasar. Budaya ini juga mempengaruhi beberapa pakaian adat di Indonesia, terutama baju kebaya encim dan baju koko dengan celana panjang dan songkok.
Selain itu, Budaya Peranakan juga dikenal dengan masakan khasnya yang lezat dan menggugah selera. Makanan tersebut dikenal juga dengan nama ‘masakan nyonya’. Beberapa hidangan khas Peranakan yang terkenal antara lain laksa, ayam pongteh, lontong cap go meh, kue terang bulan. Bahkan beberapa makanan ataupun bumbu masak yang populer di Indonesia berasal dari budaya peranakan, di antaranya kecap (baik kecap manis maupun kecap asin), masakan capcay, siomay, bakso, dan bakmi.
Budaya Peranakan juga dikenal dengan seni ukir dan seni batik yang sangat indah. Seni ukir khas Peranakan biasanya diaplikasikan pada perabot rumah tangga seperti kursi, meja, dan lemari. Ciri khas ukirannya adalah adanya motif bunga, burung, dan naga. Sedangkan seni batik khas Peranakan biasanya memiliki motif-motif yang rumit dan detail seperti motif bunga dan burung serta warna cerah dan kontras seperti merah, biru, hijau, dan emas.
Dalam keluarga peranakan, adat istiadat menjadi bagian penting dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa adat istiadat yang masih dijaga hingga saat ini antara lain upacara pernikahan, upacara kematian, dan upacara Imlek atau tahun baru China. Upacara pernikahan orang Peranakan biasanya diadakan selama beberapa hari dengan rangkaian upacara yang lengkap, mulai dari adat meminang hingga pesta resepsi.
Meskipun Budaya Peranakan kini tidak lagi sepopuler dulu, namun beberapa kelompok masyarakat masih mempertahankan tradisi dan budaya ini. Selain itu pemerintah dan masyarakat juga mulai menyadari bahwa budaya peranakan di Indonesia memiliki peran yang penting dalam perkembangan budaya di Indonesia. Budaya ini telah memberikan kontribusi dalam keberagaman budaya Indonesia dan menjadi bagian penting dari sejarah Indonesia. Banyak pula bangunan penting yang berkaitan dengan Budaya Peranakan dan menjadi destinasi wisata masyarakat setempat , seperti Museum Pustaka Peranakan di BSD, Tangerang; Masjid Ramlie Mustofa di Jakarta Utara; Galeri Tjong Yong Hian di Medan, Masjid Cheng Ho di Palembang, serta Kampung Batik Laweyan di Solo yang juga mendapat pengaruh arsitektur Tiongkok.
Referensi:
- Amin, S. M. (2012). Perkawinan dan kebudayaan: kajian budaya Peranakan. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.
- https://interiordesign.id/gaya-desain-modern-peranakan-hasil-dari-kontak-dua-budaya-antara-tionghoa-dan-nusantara/ diakses pada 9 Mei 2023.
- https://www.infobatik.com/batik-peranakan-indonesia/ diakses pada 9 Mei 2023.
- https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Masakan_Peranakan diakses pada 9 Mei 2023.
- Kunjungan penulis ke Museum Pustaka Peranakan BSD, Tangerang.
- Kunjungan penulis ke Asian CivilIsations Museum Singapura.
- Pengalaman traveling pribadi penulis.