News and Blog

Mendikbudristek Paparkan Merdeka Belajar dalam Education World Forum di Inggris

nadiem-makarim-kemdikbudgoid-3847563861
Berita

Mendikbudristek Paparkan Merdeka Belajar dalam Education World Forum di Inggris

Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim. (Foto: Kemendikbudristek).

(London, Itjen Kemendikbudristek) –  Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Makarim menjadi salah satu pembicara dalam sesi panel 1  Education World Forum (EWF) yang berlangsung pada 7–10 Mei 2023. Kehadiran Mendikbudristek ini untuk memenuhi undangan pemerintah Inggris dan juga dalam rangka rangkaian kunjungannya ke Eropa. Jaime Saavedra, Direktur Global Pendidikan, Bank Dunia; Fayval Williams, Menteri Pendidikan dan Pemuda Jamaika; dan Colin Hughes, Direktur Assessment and Qualification Alliance (AQA) menjadi rekan sesama pembicara dalam diskusi panel yang dihadirinya.

 

Di hadapan para menteri dan delegasi dari 180 negara peserta, Mendikbudristek memaparkan seluk beluk Merdeka Belajar sebagai kebijakan transformatif di bidang. Merdeka Belajar hadir dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas sistem pendidikan dan menjadikan proses belajar sebagai pengalaman yang menyenangkan bagi pelajar di Indonesia. Kehadiran Merdeka Belajar bertambah terasa manfaatnya saat COVID-19 terjadi yang membutuhkan banyak penyesuaian untuk pembelajaran siswa.

 

“Untuk melahirkan pembelajar sepanjang hayat, kita perlu menghadirkan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan bagi anak-anak kita,” terang Menteri Nadiem dalam sesinya.

 

Lebih lanjut, Mendikbudristek menjelaskan tiga terobosan besar yang telah dikeluarkan melalui Merdeka Belajar. Pertama, mengganti ujian berbasis mata pelajaran dengan Asesmen Nasional (AN), kedua kurikulum yang dapat diimplementasikan menyesuaikan kebutuhan dan kesiapan satuan pendidikan, ketiga perubahan pada penerimaan mahasiswa baru.

 

AN  lebih menekankan pada proses pengembangan kemampuan literasi dan numerasi serta kemampuan berpikir kritis peserta didik. Di samping itu, AN juga menggarisbawahi komitmen satuan pendidikan untuk menjadi lingkungan belajar yang bebas dari tiga dosa besar pendidikan (perundungan, intoleransi, dan kekerasan seksual).

 

Terobosan kedua adakah Kurikulum Merdeka yang dapat diimplementasikan oleh satuan pendidikan secara sukarela. Sekolah dapat menerapkan sesuai kebutuhan dan secara sukarela. “Dalam satu setengah tahun saja, delapan puluh persen dari total keseluruhan satuan pendidikan di Indonesia mendaftarkan diri untuk menerapkan Kurikulum Merdeka,” jelas Menteri Nadiem.

 

Kurikulum Merdeka juga mengurangi konten pembelajaran sebanyak 30–40% guna menekankan pada pembelajaran yang mendalam, mengalokasikan 20% untuk pembelajaran berbasis projek, serta memberikan keleluasaan bagi guru mengatur kecepatan proses pembelajaran sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

 

Transformasi ketiga adalah perubahan pada mekanisme penerimaan mahasiswa baru. Perubahan dari tes berbasis mata pelajaran menjadi tes bakat telah mengubah pembelajaran di jenjang menengah menjadi lebih holistik.

 

Pada kesempatan yang sama, Menteri Nadiem juga menjelaskan tentang transformasi Merdeka Belajar yang berfokus pada peningkatan kompetensi guru. Transformasi dilakukan untuk pendidikan guru menjadi lebih berfokus pada kemampuan yang relevan dengan praktik, tidak hanya terbatas pada teori. Sementara program Guru Penggerak yang bertujuan melahirkan generasi baru kepala sekolah dan pengawas tidak semata berfokus pada kompetensi.

 

Selanjutnya, Menteri Nadiem menjabarkan program Kampus Mengajar yang juga  berperan dalam meningkatkan kompetensi literasi dan numerasi peserta didik melalui intervensi yang spesifik dan tepat sasaran. Program ini sudah mengirim lebih dari 90 ribu mahasiswa untuk menjadi rekan guru dalam meningkatkan kemampuan fondasi peserta didik di jenjang SD dan SMP. Intervensi kedua dilakukan dengan mengirimkan 15 juta eksemplar buku bacaan ke PAUD dan SD dengan nilai literasi rendah berdasarkan hasil AN. “Sungguh suatu kebahagiaan melihat sekolah-sekolah di daerah 3T saat ini sudah memiliki perpustakaan dan murid-muridnya bersemangat untuk membaca,” jelas Mendikbudristek.

 

Tak ketinggalan Menteri Nadiem juga membahas pemanfaatan teknologi informatika untuk mengakselerasi transformasi sistem pendidikan. Platform-platform yang dirancang Kemendikbudristek, antara lain meliputi Rapor Pendidikan, SIPLah, dan Merdeka Mengajar, dihadirkan untuk mendorong perubahan yang masif di era digital ini.

 

Tiga poin utama pembelajaran yang diperoleh dari implementasi Merdeka Belajar selama tiga tahun terakhir diungkap Menteri Nadiem di akhir paparan. Pertama adalah transformasi yang holistik harus melibatkan intervensi pada semua aspek dalam sistem pendidikan dan penyelarasan pembelajaran dari jenjang pendidikan usia dini, dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi. Kedua, transformasi harus melibatkan partisipasi masyarakat dan memberdayakan para pemangku kepentingan di sektor pendidikan, karena kunci dari keberlanjutan perubahan adalah gerakan yang diupayakan bersama. Ketiga, pemanfaatan teknologi digital dalam transformasi harus bertujuan untuk mendukung dan membantu guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran.

 

“Memberikan keleluasaan kepada guru untuk berkarya dan menghadirkan kemerdekaan kepada peserta didik untuk belajar adalah kunci dari keberhasilan transformasi pendidikan,” pungkas Menteri Nadiem.