News and Blog

Menapaki Jejak Sejarah di Istana Maimun, Destinasi Wisata Bersejarah Kota Medan

WhatsApp Image 2024-02-16 at 16.49.16
Artikel

Menapaki Jejak Sejarah di Istana Maimun, Destinasi Wisata Bersejarah Kota Medan

Salah satu bagian halaman istana memuat situs meriam puntung. (Foto: Romanti)

Medan, sebuah kota yang kaya akan warisan budaya, menawarkan pengalaman tak terlupakan melalui destinasi wisata bersejarahnya yang menakjubkan. Salah satu dari sekian banyak permata bersejarah yang dapat dieksplorasi adalah Istana Maimun. Penulis berkesempatan mengunjungi istana yang terletak di Jalan Brigadir Jenderal Katamso, Aur, Medan Maimun ini di awal Februari 2024, dan mempelajari sejarah di balik  istana yang didominasi warna khas kuning ini.

Sebuah Pernak-pernik Sejarah yang Wajib Dihargai

Dibangun atas perintah Sultan Kerajaan Deli, Sultan Ma’moen Al Rasyid, pembangunan Istana Maimun dimulai pada 26 Agustus 1888 dan selesai pada 18 Mei 1891. Menempati lahan seluas 2.772 meter persegi dengan 30 ruangan, istana ini memiliki struktur yang megah dengan tiga bagian utama: bangunan induk, bangunan sayap kiri, dan bangunan sayap kanan. Menghadap ke Timur, istana ini juga bersebelahan dengan Masjid Al-Mashun, yang lebih dikenal sebagai Masjid Raya Medan. Saat ini, hanya bagian balai depan dan halaman yang dibuka untuk umum.

Perpaduan Arsitektur yang Mengagumkan

Keunikan Istana Maimun tidak hanya terletak pada usianya yang tua, tetapi juga pada desain interiornya yang menakjubkan. Arsitektur istana ini memadukan unsur-unsur warisan kebudayaan Melayu Deli dengan sentuhan gaya dari Timur Tengah, Spanyol, India, Belanda, dan Italia. Setiap sudut istana menampakkan kemewahan zaman dahulu.

Salah satu sudut di dalam Istana Maimun dengan warna khasnya, kuning. (Foto: Romanti)

Meriam Puntung: Peninggalan Peperangan yang Legendaris

Di halaman istana, pengunjung dapat menemukan situs Meriam Puntung, sebuah peninggalan bersejarah dari peperangan antara Kerajaan Haru dan Kerajaan Aceh pada tahun 1612 M di Delitua, Sumatera Utara. Legenda mengisahkan bagaimana meriam ini menjadi saksi bisu dari keteguhan dan keberanian dalam pertempuran dahulu. Karena terus-menerus menembak, bagian Meriam terputus menjadi dua, salah satunya tetap berada di halaman istana dan bagian lain terpental di Kabupaten Karo hingga saat ini.

Tantangan dalam Pelestarian Warisan Budaya

Meskipun Istana Maimun telah menjadi salah satu tujuan wisata sejarah yang populer di Kota Medan, tantangan tetap ada dalam menjaga keaslian dan keindahan istana ini. Keberadaan pedagang suvenir dalam istana membuat kerapihan dan keasrian istana berkurang. Persoalan ini menjadi pekerjaan rumah pengelola istana  untuk menertibkan pedagang, karena pedagang merupakan keturunan dari keluarga Sultan Deli. Yayasan pengelola istana masih mengupayakan agar bisa berkolaborasi dengan pemerintah daerah, sehingga bisa memberikan solusi terbaik untuk masalah ini dan melakukan revitalisasi untuk melestarikan bangunan istana.

Mengakhiri Perjalanan dengan Harapan

Tiket masuk yang terjangkau seharga Rp10.000 untuk dewasa dan Rp5.000 untuk anak-anak menawarkan akses bagi siapa pun untuk menjelajahi sejarah Istana Maimun. Namun, potensi untuk lebih menggali kekayaan budaya yang tersembunyi di dalam istana ini mungkin dapat ditingkatkan lagi bila tiket masuk dinaikkan harganya. Pemasukan yang lebih besar dari tiket dapat dimanfaatkan untuk melakukan revitalisasi bangunan istana. Dengan revitalisasi yang tepat dan upaya pelestarian yang kuat, warisan berharga ini bisa tetap terjaga untuk dinikmati oleh generasi mendatang.

Istana Maimun tetap menjadi bukti megah dari masa lalu yang kaya akan sejarah, dan melangkah ke dalamnya adalah melangkah ke dalam cerita yang tak terlupakan dari Kota Medan.