News and Blog

Kurikulum Merdeka Ciptakan Pola Pikir Adaptif.

1e2b569a-4811-4519-b42c-b3b17fe1ba43
Berita

Kurikulum Merdeka Ciptakan Pola Pikir Adaptif.

Kepala BSKAP, Anindito Aditomo dalam acara ‘Ngobrol Tempo’ pada Senin, (07/04).

Jakarta, (Itjen Kemdikbudristek) – Kurikulum Merdeka hadir untuk menanggulangi krisis pembelajaran di Indonesia imbas pandemi Covid-19. Penerapan Kurikulum Merdeka diharapkan berdampak pada terciptanya generasi adaptif yang mampu bertahan menghadapi perubahan zaman dengan kekuatan mereka sendiri. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim dalam peluncuran Merdeka Belajar ke-19 bertajuk “Rapor Pendidikan Indonesia”.

Hal senada diungkapkan Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP), Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek), Anindito Aditomo yang menekankan bahwa saat ini Indonesia memerlukan kurikulum yang bersifat adaptif, yang mengedepankan  karakter serta kompetensi yang mendasar pada diri masing-masing anak.

“Dengan pola pikir yang adaptif, apapun masalah yang dihadapi mereka bisa diatasi secara mandiri karena mereka bisa berdiri di atas kekuatannya sendiri,” tutur Anindito pada acara Ngobrol Tempo, Jakarta, Senin (3/4).

Dari jajaran pendidik, Dewan Pembina PGRI, Dudung Nurullah Koswara, menyampaikan bahwa implementasi Kurikulum Merdeka  menciptakan ruang pembelajaran yang lebih positif, dengan mengedepankan proses pembelajaran yang esensial dan minat bakat, proses ini akan menjadi sebuah interaksi yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa.

Dudung menegaskan bahwa dampak yang terjadi dengan Implementasi Kurikulum Merdeka membuat proses pembelajaran di ruang kelas terasa lebih merdeka. Hal ini tentunya akan melahirkan masyarakat yang berkembang secara positif dengan cara yang lebih merdeka di masa mendatang. “Kurikulum Merdeka menciptakan ruang terbuka belajar yang membuat karakteristik dan kompetensi didiagnosa sehingga proses belajar bukan pukul rata,” tekannya.  

Berikutnya, Guru Besar FKIP Unika Widya Mandala Surabaya, Anita Lie turut mengapresiasi Kurikulum Merdeka. Menurut dia, langkah tersebut dapat mengubah dan mentransformasikan sistem pendidikan menjadi lebih baik karena setiap episode Merdeka Belajar bergerak secara sinergis sesuai fokusnya masing-masing.

 “Karena dengan lahirnya guru yang otonom, cerdas dan dapat berpikir kritis akan dapat mengembangkan dan menjaga kurikulum (Kurikulum Merdeka) ini menjadi lebih baik,” ujarnya optimistis.

Di penghujung sesinya, Kepala BSKAP berharap perubahan kurikulum ini bukan menjadi tujuan tapi menjadi cara atau ‘kendaraan’ untuk mencapai tujuan pendidikan yakni perubahan kualitas pembelajaran di Indonesia. “Itu tujuannya dan kami berharap ini bisa kita sepakati bersama menjadi sebuah visi bersama sehingga kita sama-sama bergerak dengan kapasitas kita masing-masing karena kesuksesan pendidikan tidak bisa bergantung pada satu pihak saja melainkan pekerjaan bersama,” pungkasnya.