Krisis Dampak Learning Loss, Kemendikbudristek luncurkan Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar
Februari 13, 2022 2022-02-13 2:50Krisis Dampak Learning Loss, Kemendikbudristek luncurkan Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar

Krisis Dampak Learning Loss, Kemendikbudristek luncurkan Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar

Jakarta, (Itjen Kemdikbudristek) – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) terus menghadirkan berbagai terobosan Merdeka Belajar. Untuk memulihkan pembelajaran pasca pandemi, Kemdikbudristek meluncurkan Merdeka Belajar episode kelima belas: Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar, Jumat (11/2/22). Pasalnya, di masa pandemi Covid-19 krisis pembelajaran yang ada telah membuat pendidikan semakin tertinggal dengan hilangnya pembelajaran (learning loss) dan kesenjangan yang semakin besar dalam pembelajaran antar wilayah dan kelompok sosial ekonomi.
Melalui Merdeka Belajar episode ke-15 ini, Kemdikbudristek berupaya untuk mensosialisasikan dua perangkat penting untuk memulihkan dan mendukung proses belajar mengajar dengan meluncurkan Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Belajar. Sosialisasi ini diharapkan dapat meningkatkan partisipasi satuan pendidikan dalam upaya pemulihan pembelajaran, membantu mengakselerasi kualitas pendidikan, serta memberikan solusi atas hambatan yang dialami para guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik.
Menteri Nadiem menekankan bahwa pentingnya penyederhanaan bentuk kurikulum dalam kondisi khusus (kurikulum darurat). “Penyederhanaan kurikulum darurat ini efektif memitigasi ketertinggalan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19,” ujar Menteri Nadiem saat peluncuran Merdeka Belajar episode kelima belas secara daring.
Menurutnya, efektivitas kurikulum dalam kondisi khusus semakin menguatkan pentingnya perubahan rancangan dan strategi implementasi kurikulum secara lebih komprehensif.
Ia juga memaparkan, arah perubahan kurikulum yang termuat dalam Merdeka Belajar episode ke-15 ini adalah struktur kurikulum yang lebih fleksibel, fokus pada materi yang esensial, memberikan keleluasan bagi guru menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik, serta aplikasi yang menyediakan berbagai referensi bagi guru untuk terus mengembangkan praktik mengajar secara mandiri dan berbagi praktik baik.
Menteri Nadiem melanjutkan, dalam pembelajaran saat ini, satuan pendidikan bebas menentukan tiga kurikulum yang akan dipilih dan tidak dipaksakan. Pilihan pertama, Kurikulum 2013 secara penuh, pilihan kedua Kurikulum Darurat, yaitu Kurikulum 2013 yang disederhanakan, dan pilihan ketiga adalah Kurikulum Merdeka.
“Untuk itu, pemerintah akan menyiapkan angket untuk membantu satuan pendidikan menilai tahapan kesiapan dirinya menggunakan Kurikulum Merdeka,” ucap Menteri Nadiem.
Kemendikbudristek mengajak semua pihak untuk bersinergi mewujudkan transformasi pendidikan di Indonesia.
“Ayo unduh Platform Merdeka Mengajar dan pelajari lebih dalam, serta mengambil peran untuk menyukseskan Kurikulum Merdeka,” ajak Menteri Nadiem.
Sementara itu, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian menyambut baik adanya Kurikulum Merdeka. Ia percaya bahwa Kurikulum Merdeka adalah transformasi pembelajaran yang penting, tidak hanya dalam menghadapi pendidikan pasca pandemi, tetapi juga untuk menghadapi situasi dunia yang terus berubah sesuai dengan perkembangan zaman. “Saya percaya setiap anak itu unik, oleh karena itu pendekatan yang holistik fleksibel dan fokus pada kompetensi anak adalah kunci untuk mengembangkan anak secara maksimal demi cita-cita yang ingin mereka raih,” ujar Hetifah.