News and Blog

Kemendikbudristek Selenggarakan Webinar Seri Semangat Guru 3: Merdeka Belajar dengan Kemampuan Nonteknis

Picture1
Artikel

Kemendikbudristek Selenggarakan Webinar Seri Semangat Guru 3: Merdeka Belajar dengan Kemampuan Nonteknis

Webinar Seri Semangat Guru 3 (Gambar: Tangkapan Layar Penulis)

(Jakarta, Itjen Kemedikbudristek) – Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) kembali menyelenggarakan kegiatan webinar Seri Semangat Guru. Kegiatan ini merupakan pelatihan pengembangan untuk guru di seluruh jenjang se-Indonesia yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan kompetensi nonteknis seperti pola pikir bertumbuh, ketangguhan, kreativitas, etika, kepemimpinan, empati, komunikasi, dan literasi digital dengan integrasi teknologi, ruang kelas dan kemampuan nonteknis guna mendorong inovasi dan transformasi dalam pendidikan di Indonesia. Kebanggaan besar pula karena pelatihan ini mendapat penghargaan tepat pada Hari Pendidikan Nasional 2023.

Seri Semangat Ke-3 hadir karena melihat antusias besar dari seluruh pendidik di Indonesia. Pada seri pertama, terdapat 158.737 guru mendaftar dan meningkat pada seri kedua hingga 353.810 pendaftar. Pada Rabu (23/08/2023), tepat pukul 14.00 WIB, pelaksanaan untuk peluncuran  seri ketiga, yaitu Merdeka Belajar dengan Kemampuan Nonteknis: Menampilkan HP Transformasi Pembelajaran Inovatif. Acara ini disiarkan secara langsung di kanal Youtube Ditjen GTK Kemendikbud RI, serta akan hadir juga di platform Merdeka Mengajar. Program ini adalah kolaborasi antara Ditjen GTK Kemendikbudristek, HP Indonesia, dan V&V Group untuk mendukung konsep Merdeka Belajar dalam implementasi Kurikulum Merdeka dan mewujudkan Profil Pelajar Pancasila.

Vena Annisa, salah satu Konsultan dan Pelatih Komunikasi serta Pendiri V&V Group, dengan semangat menjadi pewara di acara tersebut. Acara diawali dengan penyampaian laporan kegiatan oleh Direktur Guru Pendidikan Dasar, Rachmadi Widdiharto. Rachmadi menyampaikan bahwa pendidik yang memiliki kemampuan nonteknis atau soft skill sangat mampu memberikan pembelajaran yang lebih berkualitas untuk pembangunan karakter peserta didik. “Saya sangat mengapresiasi kemampuan nonteknis dalam pendidikan di Indonesia, pendidik yang dilengkapi kemampuan tersebut akan membantu mewujudkan visi pendidikan yang sesuai dengan semangat Merdeka Belajar dan Profil Pelajar Pancasila” ungkapnya.

Acara dibuka secara resmi oleh Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Nunuk Suryani, yang juga pakar dan pelatih pada kompetensi pola pikir bertumbuh dan ketangguhan. “Pelatihan ini tidak hanya membekali pendidik dengan alat untuk menciptakan lingkungan belajar kolaboratif, mendorong pembelajaran mandiri, dan memahami kebutuhan individu peserta didik, tetapi juga mengajarkan pendidik bagaimana memanfaatkan teknologi sebagai sarana untuk memperkaya pengalaman belajar. Dengan demikian, pelatihan soft skill dan teknologi ini merupakan jembatan antara pendidik dan murid untuk mendukung visi pendidikan yang lebih inklusif, adaptif, dan berfokus pada pengembangan karakter khususnya dalam membentuk Profil Pelajar Pancasila” ujarnya. Selain itu, Lim Choon Teck, President Director HP Indonesia, juga memberikan sekapur sirih bagi guru sebagai bentuk memberi semangat untuk peserta pelatihan.

Sesi Gelar Wicara pada Webinar Seri Semangat Guru 3 (Gambar: Tangkapan Layar Penulis)

Gelar wicara bersama pakar dan pelatih dilaksanakan guna memberikan gambaran apa yang akan didapatkan peserta pelatihan dalam Seri Semangat Guru 3: Merdeka Belajar dengan Kemampuan Nonteknis. Vena Annisa, memoderatori sesi tersebut dengan semangat. Topik pertama mengenai pola pikir bertumbuh yang dibahas oleh Adi Respati, Kepala Program Websis for Edu, beliau menyampaikan alasan mengapa pola pikir bertumbuh sangat penting. “Merdeka belajar ditetapkan karena kita sangat sadar betul bahwa murid-murid kita nantinya terus menerus menghadapi perubahan yang sangat cepat, ini merupakan tantangan besar untuk mereka. Jadi, kita perlu menanamkan keyakinan diri bahwa mereka bisa mencapai apapun yang diharapkan lingkungan sekitar dan cita-cita mereka. Keyakinan diri ini namanya pola pikir bertumbuh,” jelasnya.

Memasuki topik selanjutnya, pakar dan pelatih kompetensi kepemimpinan dalam berinovasi dan transformasi, Ivan Ahda, Deputi Direktur Eksekutif Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan Principal Consultant Maxima, menanggapi pentingnya kompetensi kepemimpinan sebagai pendidik. “Kita percaya bahwa salah satu keterampilan kunci yang harus dikuasai oleh guru adalah bagaimana Bapak dan Ibu bisa memberikan kemampuan menggerakan, menginspirasi, dan juga membangun proses belajar yang terbaik,” tuturnya.

Vivit Kavi, Konsultan dan Pelatih Komunikasi serta Pendiri V&V Group, juga membagikan pengalamannya saat bertemu dengan guru-guru inspiratif dalam sesi wawancara sebagai moderator. “Selalu merasa terharu, ini kesempatan juga bagi saya untuk belajar dan refleksi kembali, saya juga sangat mengapresiasi ketika mendengar praktik baik yang disampaikan, dan ini tentunya akan menjadi sebuah impact luar biasa ketika dibagikan secara masif melalui platform pelatihan semangat guru ke-3 ini, karena pendekatannya secara langsung tentunya lebih bisa relevan dan mungkin dialami guru lainnya. Harapan kami tentunya hasil wawancara tersebut bisa menjadi referensi bahkan bisa langsung diadopsi dan dipraktikkan bagi para peserta pelatihan,” ujarnya.

Melihat pentingnya pemahaman literasi digital, pakar dan pelatih kompetensi literasi digital, Adi Respati, angkat bicara mengenai hal tersebut. “Dalam menghadapi tantangan, murid itu jadinya belajar untuk menghadapi masa depan dengan menggunakan sumber daya informasi sebaik-baiknya. Nah kabar baiknya, ini merupakan kesempatan bagi guru dan murid untuk mengembangkan diri, tapi ada prasyaratnya, kita harus melek digital, kita harus punya literasi digital yang baik untuk memilah informasi,” ujarnya.

Mendengar tanggapan Adi, moderator kembali mengajukan pertanyaan mengenai bagaimana menghadapi ketersediaan teknologi yang belum merata tetapi masih terus harus melakukan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Dengan lugas Adi merespons pertanyaan tersebut. “Intinya pembelajaran adalah perubahan dalam berpikir, merasa, dan bertingkah laku. Teknologi apapun yang tersedia, keterbatasan apapun itu bisa kita sesuaikan. Jadi, teknologi apapun yang kita punya bisa menjadi alat untuk meningkatkan proses pembelajaran,” jawabnya.

Berbicara soal teknologi, pakar teknologi seri semangat guru ke-3, Frans Adiredja, Head of Business Personal Systems Category HP Indonesia, menjelaskan lebih lanjut mengenai program peningkatan proses pembelajaran di era digital. “HP telah bekerja sama dengan Kemendikbudristek dengan membawa program yang bernama TPI, Transformasi Pembelajaran Inovatif, yang dapat mengatasi berbagai tantangan dalam pendidikan tradisional dan juga memenuhi kebutuhan pendidikan di era modern digital saat ini, ujarnya. Dirinya juga menambahkan bahwa program ini melibatkan penggunaan teknologi sebagai strategi baru dan juga pendekatan modern untuk menciptakan pengalaman pembelajaran yang lebih relevan, menarik, sesuai dengan tuntutan dunia industri 4.0, serta menuju Indonesia Emas 2045.

Frans juga menegaskan bahwa ada empat fokus utama dalam program TPI. Pertama, kepemimpinan dan visi yang melibatkan pandangan jangka panjang tentang arah yang ingin dicapai di dunia pendidikan. Kedua, desain ulang ruang kelas yang baik, memiliki peran penting dalam menciptakan lingkungan belajar yang inovatif, kreatif, dan produktif. Ketiga, pengembangan profesional bagi para guru. Keempat, integrasi teknologi, dalam pembelajaran dapat meningkatkan efektifitas, keterlibatan, serta pengalaman belajar secara keseluruhan. Syukurnya, program ini mendapat respons positif dari para pengguna.

Sebelum menutup sesi gelar wicara, Vena, yang juga pakar dan pelatih kompetensi empati dan komunikasi menjelaskan bahwa ada teknik dan strategi dalam menyampaikan pesan dan informasi. “Pada intinya, ketika kita ingin membuat sebuah sistem pembelajaran yang berpusat pada siswa berarti harus ada hati yang didekatkan dan sesuatu yang dapat membuat semua stakeholders dalam lingkungan belajar saling mendukung. Itu membutuhkan komunikasi yang empati” ujarnya.

Dengan gembira, peluncuran Seri Semangat Guru 3: Merdeka Belajar dengan Kemampuan Nonteknis diakhiri dengan sapaan dari Sahila Hisyam dan Ben Kasyafani sebagai pemandu kuis berhadiah dalam rangkaian pelatihan tersebut.