News and Blog

Kemendikbudristek Dorong Inovasi dalam Pelestarian Bahasa Ibu

WhatsApp Image 2024-02-21 at 16.41.31
Berita

Kemendikbudristek Dorong Inovasi dalam Pelestarian Bahasa Ibu

Salah satu penampilan dalam rangkaian acara “Mieling Poé Basa Indung 2024”. (Foto: Kemendikbudristek).

(Bandung, Itjen Kemendikbudristek) — Peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional, yang jatuh pada tanggal 21 Februari setiap tahunnya, tidak hanya menjadi momen untuk merayakan keberagaman bahasa di Nusantara, tetapi juga untuk mendorong langkah-langkah lebih kreatif dalam pelestarian bahasa ibu. Inisiatif ini didukung oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa), dengan fokus utama pada upaya revitalisasi bahasa daerah, khususnya bahasa Sunda.

Salah satu dukungan tersebut diberikan pada kegiatan yang dilaksanakan oleh Klinik Basa pada peringatan Hari Bahasa Ibu Internasional. Kegiatan ini merupakan wujud nyata kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah menjadi kunci dalam upaya pelestarian bahasa ibu. Dalam kegiatan ini, Franka Nadiem Makarim, yang dikenal sebagai Bunda Bahasa Ibu, menekankan pentingnya peran keluarga dalam memperkuat kebinekaan bangsa melalui pelestarian bahasa ibu.

Lebih lanjut, Franka menyoroti perlunya pendekatan yang lebih kreatif dalam revitalisasi bahasa daerah, dengan melibatkan generasi muda. Ia menyampaikan apresiasi kepada berbagai pihak yang telah berkontribusi dalam upaya tersebut. “Berkat dukungan Pemda, sekolah, komunitas, pelaku budaya, dan masyarakat, kita sudah merevitalisasi berbagai bahasa daerah di Indonesia,” sebutnya.

Kepala Badan Bahasa, E. Aminudin Aziz, menegaskan komitmen Badan Bahasa dalam memperkuat pelestarian bahasa ibu. Dia menyebutkan pencapaian-pencapaian dalam revitalisasi bahasa daerah, yang mencakup partisipasi jutaan orang dalam kegiatan tersebut.

“Tahun 2021 Badan Bahasa sudah merevitalisasi 5 bahasa daerah dengan jumlah peserta 1,6 juta orang, kemudian tahun 2022 kami merevitalisasi 39 bahasa daerah dengan jumlah peserta 3 juta orang. Selanjutnya, tahun 2023 sejumlah 73 bahasa daereah, dengan jumlah peserta lebih dari 5 juta orang”, ujarnya.

Puncak dari serangkaian kegiatan revitalisasi bahasa daerah adalah Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FTBIN), yang akan dibuka pada tanggal 3 Mei 2024 oleh Mendikbudristek. Acara ini akan dihadiri oleh para pejabat pendidikan dan pemerintahan dari seluruh Indonesia, serta para pemenang dari tujuh mata lomba kegiatan revitalisasi bahasa daerah.

Taufik Faturohman, Ketua Klinik Basa, menekankan pentingnya peran pendidikan bahasa ibu sejak dini, dimulai dari lingkungan keluarga. Dengan melibatkan beragam elemen masyarakat, diharapkan upaya pelestarian bahasa Sunda dapat semakin kuat dan berkelanjutan.

Meramaikan peringatan Hari Bahasa Ibu, Klinik Basa telah menginisiasi serangkaian kegiatan. Pertama, mereka melakukan kunjungan ke tempat-tempat ramai untuk mengajak masyarakat menggunakan bahasa Sunda dalam percakapan sehari-hari, yang berlangsung dari tanggal 19 hingga 21 Februari 2024. Selanjutnya, mereka juga mendistribusikan buku bacaan berbahasa Sunda di tempat-tempat umum yang memiliki ruang tunggu pada tanggal yang sama.

Selain itu, acara “Mieling Poé Basa Indung 2024” diselenggarakan di Padepokan Seni Mayang Sunda. Acara ini menampilkan berbagai macam materi, mulai dari hiburan seperti pertunjukan Ega Robot Ethnic Percussion yang diinterupsi dengan Rajah pantun Mang Ayi, hingga sesi-sesi pembelajaran seperti wawacan dalam langgam tembang cianjuran, cigawiran, dan pagerageungan; juga termasuk musikalisasi puisi oleh Fery Curtis dan Godi Suwarna, serta Longser.

Selanjutnya, pada tanggal 21 Februari 2024, mereka juga membagikan 1.000 tangkai bunga sebagai ajakan untuk menggunakan bahasa Sunda di jalan-jalan protokol. Dan yang terakhir, pada tanggal 27 Februari 2024, mereka mengadakan kursus keterampilan menggunakan bahasa Sunda khusus untuk pewara (Master of Ceremony) dan penyiar radio/TV.

Rangkaian kegiatan “Mieling Poe Basa Indung 2024”, yang berlangsung dari tanggal 19 hingga 22 Februari 2024, berhasil melibatkan 417 peserta dari berbagai kalangan, termasuk anggota Klinik Basa, para pendidik, dan pemerhati bahasa Sunda di wilayah Bandung dan sekitarnya.