Final BERISIK Tahun 2024 di Balikpapan: Menyongsong Era Emas Melalui Kebinekaan
Oktober 10, 2024 2024-10-10 8:58Final BERISIK Tahun 2024 di Balikpapan: Menyongsong Era Emas Melalui Kebinekaan

Pada Jumat (27/09/2024), kota Balikpapan menjadi saksi penutupan rangkaian acara Berbincang Asik (BERISIK) soal Kebinekaan tahun 2024. Di Balikpapan, acara yang sebelumnya telah sukses diselenggarakan di Manado, Palembang, Mataram, dan Makassar ini, berlangsung di Nusantara 1 Grand Ballroom, Max One Hotel dan dihadiri oleh 107 mahasiswa/i dari berbagai perguruan tinggi di Kalimantan Timur. Sebagai penutup dari rangkaian BERISIK tahun 2024, BERISIK Balikpapan menciptakan suasana yang penuh semangat dan kebersamaan, dengan menekankan pentingnya kebinekaan dan toleransi dalam menghadapi tantangan masa depan.
Acara berlangsung dari pukul 14:00 hingga 18:00, menampilkan empat pembicara utama yang berasal dari latar belakang berbeda, mencerminkan keberagaman yang menjadi inti acara. Habib Jafar Al Hadar, tokoh agama dengan pendekatan dakwah yang penuh toleransi, Chatarina Muliana Girsang, Inspektur Jenderal Kemendikbudristek yang menyampaikan perspektif dari sektor pendidikan dan pemerintahan, serta Hetifah Sjaifudian, Wakil Ketua Komisi X DPR RI, dan Bhante Dhirapunno, seorang biksu Buddhis yang memberikan pandangan spiritualnya. Kehadiran para pembicara ini memperkaya wawasan peserta mengenai kekuatan yang tercipta dari keberagaman.

Pada BERISIK soal Kebinekaan di Balikpapan ini, Chatarina Muliana Girsang mengingatkan bahwa pertemuan dan komunikasi adalah kunci untuk memahami perbedaan. “Sebaiknya sering bertemu, ya, (dengan orang-orang yang memiliki latar belakang yang berbeda. Sebab,) tak kenal maka tak sayang. Dengan saling berkomunikasi, semakin intens kita bertemu, akan lebih cepat kita dapat memahami perbedaan,” ujarnya. Ia juga menambahkan, “Kita perlu meyakini bahwa agama-agama yang berbeda adalah jalan-jalan yang berbeda menuju satu tujuan yang sama.”
Di sisi lain, Hetifah Sjaifudian menyoroti pentingnya mengelola perbedaan. “Perbedaan adalah sesuatu yang harus kita hadapi. Dalam organisasi manapun, kita harus mampu mengelola perbedaan itu,” jelasnya. Ia melanjutkan, “Musyawarah mufakat dalam politik tidak mungkin terwujud jika kita tidak mau mendengar dan memahami pendapat orang lain.”
Sebagai penutup yang menginspirasi, Habib Jafar Al Hadar menegaskan pentingnya “berisik”. “Keragaman seharusnya menghasilkan keberisikan yang positif dan konstruktif. Mari kita bentuk nada yang menggembirakan, membahagiakan, dan mempersatukan dari perbedaan yang ada.”
Bhante Dhirapunno pun menambahkan, “Sebagai anak muda, kita harus terus melangkah dan menjadi berguna bagi orang lain. Kelahiran sebagai manusia harus bisa memanusiakan manusia lainnya; bukan hanya berkembang biak, tetapi juga berkembang baik.”
Acara ini tidak hanya berfokus pada sesi bincang-bincang, tetapi juga diramaikan dengan berbagai kegiatan interaktif yang melibatkan peserta secara langsung. Terdapat videobooth 360º dan photobooth untuk mengabadikan momen bersama teman-teman baru, menciptakan kenangan yang tak terlupakan.

Untuk peserta yang hadir, terdapat juga kesempatan untuk berpartisipasi dalam kegiatan kreatif seperti merangkai manik-manik (beads), di mana mereka dapat membuat aksesori unik yang melambangkan keragaman. Aktivitas melukis tas jinjing (tote bag) juga ditawarkan untuk 30 peserta pertama yang hadir, memberikan mereka kesempatan untuk mengekspresikan diri dan kebinekaan melalui seni. Tidak ketinggalan, peserta yang lain ikut serta dalam memilih lukisan-lukisan terbaik. Selain itu, sketsa wajah oleh Muslihuddin yang akrab dipanggil Kak Mozley menambah keseruan acara, di mana peserta dapat membawa pulang gambar diri mereka dalam bentuk ilustrasi yang menarik.
Jessica Maharani Putri, mahasiswa Politeknik Negeri Balikpapan, memimpin yel-yel yang membangkitkan semangat. Salah satu kalimat yang diserukan para peserta ialah “Handak maju, gasak tantangan, ulun pasti bisa!” dalam bahasa Banjar, yang memperkuat pesan persatuan dalam menghadapi berbagai tantangan.

Di akhir acara, para peserta memberikan testimoni positif. Adela Putri Armanda dari Politeknik Negeri Balikpapan mengatakan, “Acara ini sangat menyenangkan dan inspiratif. Saya belajar banyak tentang pentingnya kebinekaan dan bagaimana kita bisa hidup berdampingan dengan menghargai perbedaan.”
Senada, Rosanti Ananda Ayu Putri dari Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Balikpapan menyatakan, “Diskusi tentang toleransi dan keberagaman sangat membuka mata saya. Saya berharap kegiatan seperti ini dapat terus dilaksanakan karena membawa manfaat besar bagi mahasiswa seperti kami.”
Dengan Balikpapan sebagai penutup rangkaian, BERISIK 2024 berhasil menanamkan pesan penting tentang kebinekaan dan toleransi. Acara ini membuktikan bahwa perbedaan bukanlah hambatan, melainkan kekuatan yang dapat mempererat persatuan dan menciptakan masyarakat yang lebih harmonis dan penuh empati.
