News and Blog

Berbagi Praktik Baik Membangun PAUD dari Berbagai Daerah di Indonesia

12dd71f8-274d-43b7-9cf1-6cced647190b
Berita

Berbagi Praktik Baik Membangun PAUD dari Berbagai Daerah di Indonesia

Jakarta, (Itjen Kemendikbudristek) – Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)  berperan penting dalam memberikan pendidikan pada anak-anak usia pra sekolah dan juga berperan dalam pembentukan karakter baik pada anak tersebut. Namun sayangnya, belum semua daerah di Indonesia memiliki fasilitas PAUD yang layak ataupun mencukupi kebutuhan sesuai dengan jumlah anak. Untuk itu, dibutuhkan Komitmen dari Kepala Daerah dalam percepatan ketersediaan PAUD. Dalam seminar nasional yang bertajuk “Menuju Pendidikan Desa Berkualitas melalui Penyelenggaraan PAUD Berkualitas di Desa”, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) membuka ruang bagi kepala-kepala desa untuk berbagi praktik baik yang dilakukan di daerah masing-masing.

Seminar Nasional “Menuju Pendidikan Desa Berkualitas melalui Penyelenggaraan PAUD Berkualitas di Desa” digelar Kamis, (24/02). (Tangkap layar: Webinar

Salah satu praktik baik datang dari Sujianto. Kepala Desa Sekida, Kecamatan Jagoi Babang, Kabupaten Bengkayang, Provinsi Kalimantan Barat.  Sujianto memasukkan PAUD sebagai keharusan dalam regulasi desa. “Mulai dari RPJMDes, dukungan penganggaran melalui APBDes, hingga peraturan desa seperti Peraturan Desa Kewenangan Desa Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa, berikut anggarannya,” urainya dalam paparan webinar, Kamis, (24/02)

Sujianto mengatakan, kepeduliannya untuk mengembangkan PAUD dilatarbelakangi karena minimnya jumlah anak yang berpendidikan. Padahal, pendidikan khususnya PAUD adalah pondasi dari lahirnya generasi gemilang di masa depan. “Selain itu faktor pendukung berkembangnya PAUD di wilayahnya, adalah adanya kesadaran para orang tua untuk bersama-sama meningkatkan kualitas pendidikan,” lanjutnya.

Untuk menggalang dukungan dan memastikan keberlangsungan program PAUD di desanya, sejak terpilih, Sujianto melakukan musyawarah dan sosialisasi PAUD dengan masyarakat secara intensif. Masyarakat antusias untuk berpartisipasi. Komitmen tersebut dimasukkan ke dalam RPJMDes sebagai acuan untuk mengimplementasikan program PAUD di masyarakat. “Inilah yang membuat program-program PAUD berjalan secara berkesinambungan,” kata Sujianto

Kisah lain datang dari Desa Sukosari, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur. Mereka telah berinovasi menciptakan program Sinergitas PAUD dan Posyandu (Sipadu), sebagai upaya penyediaan layanan pendidikan dan kesehatan secara bersamaan.

Berawal dari rendahnya kunjungan anak ke pos pelayanan terpadu (Posyandu) karena waktu pelaksanaan yang bersamaan dengan aktivitas PAUD, maka pemangku kepentingan di Desa Sukosari membentuk Sipadu dengan konsep kolaborasi antara pengelola PAUD dan Posyandu yang dipandu tim penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK) setempat.

“Dengan satu misi bersama untuk memberikan pelayanan pendidikan dan kesehatan secara prima, mandiri, dan ceria, maka pemerintah desa mengajak bidan desa dan Kepala PAUD Kenari untuk membuat jadwal yang sama dengan pelaksanaan Posyandu,” ujar Nggoro, Kepala Desa Sukosari saat berbagi pengalaman dalam seminar tersebut. Lebih dari itu, menurut Nggoro tidak hanya anak yang mendapatkan pelayanan, namun orang tua atau pendamping anak juga difasilitasi dalam satu Komunitas Perempuan Lincah Aktif Kreatif (Koplak).

Praktik baik lainnya hadir dari Desa Meukisi, Distrik Yokari, Kabupaten Jayapura, Papua yang menunjukkan pelibatan secara aktif para tokoh agama, tokoh masyarakat dan tokoh pemuda dalam melakukan mewujudkan PAUD.

Kepala Kampung Meukisi, Marthinus Sesaray menceritakan bahwa PAUD Sion lahir sebagai hasil kerja sama dengan tempat ibadah setempat. “Gereja GKI Sion Meukisi mendukung dengan sangat baik karena sadar pentingnya peningkatan sumber daya manusia di desa kami, agar kelak mampu bersaing di dunia kerja. Bahkan, dalam sidang jemaat, Dewan Gereja menetapkan bahwa PAUD adalah bagian pembinaan dari gereja itu sendiri,” ujarnya.

PAUD Sion merekrut pendidik dari ibu-ibu rumah tangga setempat dan dari pengasuh sekolah Minggu di Gereja. Tidak hanya itu saja, Marthinus juga jeli melihat potensi para pemuda kampung. Salah satunya adalah Anthony Okowali yang semula berprofesi sebagai operator kampung, yang digandeng untuk membantu mendorong terwujudnya PAUD di Meukisi.

Kepala Desa melanjutkan, kehadiran PAUD Sion di Desa Meukisi Jayapura, Papua, diharapkan dapat melahirkan generasi desa yang berkualitas untuk bangsa di masa depan. Melalui kerja sama antara Kepala Kampung, Gereja, Tokoh Pemuda, ibu-ibu setempat, dan Dinas Pendidikan Kabupaten Jayapura, Desa Meukisi telah menunjukkan keberhasilannya membangun PAUD pertama.

Dalam seminar ini pula, selain mendengar kisah praktik baik, para kepala desa belajar bagaimana langkah-langkah yang dapat ditempuh untuk membentuk, meresmikan dan mengelola PAUD berkualitas, menjadikan PAUD sebagai prioritas pembangunan desa, memasukkan PAUD ke dalam berbagai instrumen kebijakan dan penganggaran, serta menjadikannya titik untuk berkolaborasi lintas pihak dan lintas sektor. Lebih jauh, PAUD yang telah masuk ke sistem Data Pokok Pendidikan (Dapodik) di Kemendikbudristek akan mendapat banyak manfaat. Data yang terhimpun di Dapodik menjadi acuan bagi Kemendikbudristek untuk menyusun rencana program pengembangan PAUD yang dapat diikuti oleh PAUD yang telah terdaftar di Dapodik. Seminar ini juga menjadi momen pencanangan komitmen bersama dari para kepala desa untuk mempercepat ketersediaan layanan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di tiap desa.