News and Blog

Edukasi Pentingnya Restorasi Ekosistem pada Pelajar, Science Film Festival 2023 Digelar

WhatsApp Image 2023-10-23 at 13.06.23_b144cae0
Berita

Edukasi Pentingnya Restorasi Ekosistem pada Pelajar, Science Film Festival 2023 Digelar

Tahun ini, Science Film Festival menjadi mitra pendukung resmi bagi Agenda Dekade Restorasi Ekosistem dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). (Foto: Kemendikbudristek)

(Jakarta, Itjen Kemendikbudristek) – Goether-Institute telah meluncurkan kembali Science Film Festival di Indonesia untuk yang ke-14 kalinya.  Tahun ini, kegiatan melibatkan siswa dari sekolah dasar hingga sekolah menengah di 70 kabupaten dan kota secara hybrid dari 21 Oktober hingga 30 November 2023. “Agenda Dekade Restorasi Ekosistem dari PBB” diangkat sebagai tema pelaksanaan tahun ini. Peserta siswa akan diajak untuk menjelajahi pentingnya perlindungan dan pemulihan ekosistem melalui pemutaran film-film internasional yang dipadukan dengan eksperimen sains yang seru.

Tatang Muttaqin, Staf Ahli Bidang Manajemen Talenta, menyampaikan pandangannya selama acara pembukaan. Dia menyoroti bahwa tema festival ini mencerminkan pentingnya tindakan kolaboratif dalam membangun masa depan yang berkelanjutan dan berkomitmen pada pelestarian lingkungan. Tatang juga menggarisbawahi kebutuhan untuk meningkatkan pemahaman generasi muda tentang sains, serta berharap bahwa acara ini akan menginspirasi mereka dengan kegembiraan sains.

Dia juga mengaitkan kegiatan ini dengan program Presiden yang mendorong anak-anak untuk terlibat lebih dalam dalam kegiatan sains dan kompetisi, baik di tingkat nasional maupun internasional. Selain itu, Tatang mengajak para pegiat lingkungan dan budaya untuk bergabung dalam menjaga lingkungan dan merajut masa depan yang lebih baik bagi sains, film, dan umat manusia.

“Terima kasih kepada Goethe-Institut karena melalui kolaborasi ini kita bisa membuktikan bahwa interaksi antara lingkungan dan budaya bisa saling mendukung dalam upaya pelestarian lingkungan,“ ujar Tatang di Plaza Insan Berprestasi, Kantor Kemendikbudristek, Senayan, Jakarta, Sabtu (21/10/2023).

Festival ini didukung oleh berbagai mitra utama, termasuk Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Kedutaan Besar Republik Federal Jerman, inisiatif “Sekolah: Mitra menuju Masa Depan” (PASCH), Bildungskooperation Deutsch (BKD), Rolls-Royce, Universitas Paramadina, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya, Universitas Negeri Jakarta, dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI). Lebih dari 300 mitra lokal, termasuk sekolah, institusi pendidikan, pusat sains, komunitas, dan mitra media, juga ikut mendukung penyelenggaraan festival ini.

Science Film Festival di Indonesia akan memutar 18 film dari 12 negara yang berbeda, dengan pemutaran film secara bergantian di sekolah-sekolah di berbagai wilayah, termasuk Jabodetabek, Blitar, Surabaya, Belitung Timur, dan Medan. Sementara itu, sejumlah pusat sains di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Pontianak juga akan menyelenggarakan pemutaran film dan eksperimen sains secara lokal.

Acara ini juga akan mengadakan pemutaran film dan demonstrasi eksperimen sains secara daring melalui platform Zoom untuk siswa di kota-kota lain seperti Aceh, Arguni, Bintuni, Dolok Sanggul, Flores Timur, Jayapura, Kefamenanu, Pematang Siantar, Sidikalang, Sumbawa, Tobelo, dan Waikabubak, serta banyak tempat lainnya.

Tahun ini, Science Film Festival menjadi mitra pendukung resmi bagi Agenda Dekade Restorasi Ekosistem dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Agenda ini berkaitan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2021 hingga 2030, yang merupakan periode kritis yang dilihat oleh para ilmuwan sebagai kesempatan terakhir untuk mencegah perubahan iklim yang berpotensi merugikan. Restorasi ekosistem mencakup pemulihan ekosistem yang rusak dan perlindungan ekosistem yang masih utuh.

Dr. Stefan Dreyer, Direktur Goethe-Institut Wilayah Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru, menegaskan komitmen Science Film Festival dalam menyoroti pentingnya pertimbangan ekosistem dalam pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Dia juga menyoroti tantangan seperti penggurunan, degradasi lahan, erosi, kekeringan, kehilangan keanekaragaman hayati, dan kelangkaan air sebagai isu-isu penting yang perlu diatasi.

Duta Besar Republik Federal Jerman untuk Indonesia, ASEAN, dan Timor Leste, Ina Lepel, berbicara tentang peran sains dalam memahami pentingnya ekosistem yang sehat bagi manusia, upaya mengatasi perubahan iklim, dan pelestarian keanekaragaman hayati. Dia meyakini bahwa kemajuan di bidang sains akan berperan penting dalam menemukan solusi untuk tantangan-tantangan tersebut.

Pada acara pembukaan Science Film Festival 2023 di Jakarta, lebih dari 200 pelajar menonton film animasi Indonesia berjudul “Sang Penerang Desa,” yang mengisahkan perjalanan Puni untuk membawa perubahan di desa-desa Indonesia dengan membangun pembangkit listrik tenaga mikrohidro. Mereka juga menonton film “Checker Tobi: The Waste Check” yang menunjukkan bagaimana sampah plastik dapat diolah menjadi barang yang berguna.

Setelah menonton film-film tersebut, beberapa siswa terlibat dalam eksperimen sains yang disebut “Gas Karbondioksida,” di mana mereka mencoba meniup balon dan memadamkan api dengan menggunakan gas karbondioksida yang dihasilkan dari reaksi asam cuka dan baking soda.

Sejak pertama kali diluncurkan di Thailand pada tahun 2005, Science Film Festival telah terus mempromosikan literasi sains kepada pemuda di berbagai wilayah, seperti Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, Amerika Latin, dan Timur Tengah. Festival ini pertama kali diperkenalkan di Indonesia pada tahun 2010 dan sejak itu telah berkembang menjadi acara besar yang melibatkan sekitar 700 ribu penonton di lebih dari 20 negara selama edisi tahun 2022, dengan Indonesia menjadi salah satu negara yang berkontribusi dengan jumlah penonton sebanyak 66.533 orang. Festival tahun ini akan diadakan di 21 negara di seluruh dunia mulai dari 1 Oktober hingga 20 Desember 2023.