Pameran “Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak” Hadir Dengan Kacamata Berbeda
Maret 11, 2022 2022-07-04 14:36Pameran “Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak” Hadir Dengan Kacamata Berbeda

Jakarta, (Itjen Kemdikbudristek) – Panggilan kepada penikmat seni! Galeri Nasional Indonesia bekerja sama dengan Goethe-Institut Indonesien mengadakan pameran “Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak.” Pameran ini menampilkan koleksi-koleksi terpilih dari berbagai institusi seni di Indonesia, Berlin, Thailand, dan Singapura. Pameran ini dikuratori oleh Grace Samboh dengan Anna-Catharina Gebbers, Gridthiya Gaweewong, dan June Yap sebagai tim kurator untuk proyek jangka panjang Collecting Entanglements and Embodied Histories. Melansir laman resmi Goethe-Institut Indonesien, judul pameran “Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak” terinspirasi dari salah satu karya yang dipamerkan oleh seniman S. Teddy D, yakni Paduan Suara yang Tidak Bisa Berkata Tidak (1997). Dia menyamakan manusia yang pada zaman itu tidak memiliki kebebasan berpendapat dan karenanya harus selalu mengatakan “ya”, seperti suara ayam yang sama saat berkokok. Karya tersebut telah diproduksi ulang untuk dipajang di pameran.

Para Sekutu terbagi menjadi lima babak yang mengalir dari hulu ke hilir, yaitu Guyub, Keberpihakan, Kenduri, Kekerabatan, dan Daya. Setiap babak mengelompokkan karya berdasarkan kesamaan gagasan, tema, atau latar belakang kuratorialnya. Berikut beberapa potret karya seni dalam pameran “Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak.”
1. Ahmad Sadali, Gunungan Emas (1980).

2. Lukisan cat minyak ‘Untitled II’ (1994) milik Semsar Siahaan, yang menampilkan sebuah potret Marsinah dalam kepungan daging-daging yang digantung di jeruji besi.

3. Instalasi dan performans ‘Membangun Rumah’ oleh Marintan Sirait, sebuah karya yang “tak pernah selesai” karena selalu mengalami pembaruan presentasi dan pertunjukan sejak 1994.

4. Instalasi video ‘Unsubtitled’ (2010 – 2013) oleh Nguyen Trinh Thi.

5. Teater 5 Agustus (Tisna Sanjaya – 1994)

Setiap bagian dan objek dapat memberikan getaran dan umpan balik satu sama lain, seolah-olah mereka juga terlibat dalam menemukan dan memulai dialog dengan rekan-rekan mereka. Meski sebelumnya telah tampil di berbagai acara lain, dalam pameran kali ini mereka disuguhkan dengan kerangka, aransemen, dan isu baru.
Beberapa karya memiliki makna yang jelas dan ada juga yang halus. Namun, semuanya adalah suara yang sama, dan tidak ada yang tampak tidak pada tempatnya. Goresan di tiap lukisan, warna-warnanya, sapuan-sapuan kuasnya, menyiarkan semangat, daya, dan cita rasa yang tidak dimiliki oleh seniman lain. Pameran ini menjadi wadah dari karya-karya yang ditampilkan dengan balutan narasi dan menyoroti hubungan interpersonal antar para seniman.