International Women’s Day: Semua Perempuan Berharga
Maret 11, 2022 2022-03-11 2:54International Women’s Day: Semua Perempuan Berharga
Jakarta, (Itjen Kemdikbudristek) – Berkolaborasi dengan WMN Mingle Series, Pusat Pendidikan Karakter (Puspeka) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) mengadakan webinar untuk turut memperingati Hari Perempuan Internasional 2022 yang berjudul “Semua Perempuan Berharga,” Selasa (8/3/2022). Melalui webinar ini, Sahabat Karakter diajak untuk mengenal dan memahami kekerasan yang dialami oleh perempuan, membangun nilai dan kepercayaan diri agar berani berbicara, serta bersama-sama menciptakan ruang yang aman untuk semua.

“Pesan kami pada Hari Perempuan Internasional ini adalah selalu ingat bahwa semua perempuan berharga, semua berhak belajar dengan merdeka, dan kita semua punya hak untuk meraih cita-cita. Mari kita terus bergotong royong menciptakan ruang aman, memerangi tiga dosa besar pendidikan, dan tentunya bergerak serentak mewujudkan merdeka belajar,” ujar Sekretaris Jenderal Kemdikbudristek, Suharti ketika membuka webinar secara virtual, Selasa (8/3).
Menurut Suharti, kita tidak boleh menganggap sekecil dan seremeh apapun bentuk kekerasan yang terjadi. Karena, dampak dari kekerasan yang kecil pun dapat menjadi suatu hal besar. Ia juga menjelaskan langkah berani yang dilakukan oleh Kemdikbudristek sebagai upaya memerangi bentuk kekerasan.
“Kami terus melakukan upaya untuk memastikan kekerasan-kekerasan yang terjadi bisa diputus. Salah satu langkah yang berani, yakni dengan mengeluarkannya Permendikbudristek Nomor 30 Tahun 2021 tentang pencegahan dan penanganan kekerasan seksual di lingkungan perguruan tinggi,” imbuhnya.
Webinar ini dipandu oleh Shafira Umm dengan menghadirkan narasumber inspiratif di bidangnya. Mereka adalah Franka Makarim (Penasihat DWP Kemendikbudristek sekaligus Co-Founder Tulola Jewelry) dan Putu Andani (Psikolog & Co-Founder TigaGenerasi).
Makna Kata Berani dan Kaitannya dengan Perempuan
Menurut Franka Makarim, kata “berani” memiliki istilah yang sangat kuat, di mana perempuan dalam hal ini mempunyai kekuatan untuk melawan keraguan dan ketakutan untuk melakukan sesuatu.
“Arti berani bagi perempuan menurut saya adalah di mana kita untuk tidak ragu, mengenali, dan mengikuti kata hati kita. Meskipun sepertinya sulit untuk melewati ketidakberanian menghadapi tantangan dalam perjalan kita. Faktor terpenting adalah kita mengerti apa yang kita inginkan, mencari keberanian itu, dan apakah kita menjadi bagian dari suatu lingkungan eksternal yang kondusif bagi perempuan lain untuk juga maju,” ujar Franka.
Franka juga menjelaskan mengapa perempuan perlu berani menjadi dirinya sendiri. Ia berpendapat bahwa sebagai perempuan harus mencari hal paling authentic dalam diri, karena hal itu lah yang membawa kita lebih berani.
Untuk membuat keputusan sesuai dengan apa yang kita inginkan khususnya perempuan, terlebih dahulu harus mengenal dirinya sendiri, harus paham dengan apa yang dimiliki, dan sadar akan kekurangan dan kelebihan, juga harus siap dengan segala macam konsekuensi.
“Dengan kita mengenali apa yang kita inginkan, maka apa yang kita lakukan akan jadi lebih bermakna dan berdampak. Memutuskan sesuatu dan ada konsekuensinya, itu istilahnya bebas memilih, berani memilih, dan berani tanggung jawab atas pilihan itu sendiri,” jelasnya.
Untuk berani menjadi diri sendiri dibutuhkan lingkungan yang mendukung. Menurut Franka, yang paling ideal adalah lingkungan yang bebas dari kekerasan. Lingkungan dengan kondisi aman memungkinkan perempuan berkreasi penuh.
Franka juga bercerita tentang dampak yang ia rasakan akibat perundungan yang diterimanya dulu saat masih sekolah, tapi ia mengatakan kalau itu bukan suatu hal yang mematahkan semangat. Ia memaparkan bagaimana ruang aman bisa mendukung proses bertumbuh seorang Franka Makarim. Dengan memiliki support system yang baik dan hadir membersamai di masa-masa sulit dan menyenangkan, itu menjadi faktor penentu kita berada di ruang aman.
Terakhir, Franka menyampaikan pesan agar semua perempuan berani menjadi diri sendiri.
“Salah satu yang bisa dilakukan adalah banyak bertanya (kritis pada diri sendiri), apa sih keinginan kita dan objektifnya apa. Banyak mengenal diri kita sendiri dari segi potensi dan kekurangan adalah suatu proses pengenalan diri dengan lebih baik lagi. Paling terpenting, kita tidak boleh takut gagal. Kemudian, kalau kita menciptakan ruang yang aman, maka kita akan semakin percaya diri, berani untuk berbicara, dan tentunya menjadi diri kita sendiri,” ucap Franka.
Seberapa Penting Berani Bicara Untuk Aman Bersama
Mengutarakan aspirasi merupakan hak setiap manusia. Dengan mengutarakan sesuatu, kita jadi bisa melihat itu sebagai cara untuk mengomunikasikan keinginan, pikiran, hingga hambatan yang kita miliki.
“Kenapa itu jadi penting? Karena kita sebagai perempuan memiliki banyak peran. Gimana caranya agar kita bisa memenuhi peran ini secara optimal, salah satunya adalah dengan berani berbicara. Dengan berani bicara, itu akan membantu diri kita dan lingkungan sekitar untuk semuanya berfungsi secara lebih baik,” ujar Putu Andani, Psikolog & Co-Founder TigaGenerasi dalam webinar “Semua Perempuan Berharga,” Selasa (8/3/).
Putu Andani juga menjelaskan mengapa perempuan tidak berani bicara. Menurutnya, terdapat tiga hal yang dapat memengaruhi. Pertama, ini bisa tergantung dari pola asuh seseorang. Jika seorang anak dibesarkan di lingkungan keluarga yang strict, keberanian untuk berekspresi akan menjadi lebih rendah.
Kemudian, ada pula pola asuh berbasis gender. Padahal, setiap perempuan ataupun laki-laki berhak mendapatkan stimulasi yang sama dari orang tuanya. Lalu stigma sosial, karena standar ekspektasi yang tinggi masih sangat melekat, membuat beberapa anak dibesarkan untuk bisa memenuhi semua tuntutan.
“Di Amerika Serikat yang kita pandang sebagai negara maju, masih ada sebanyak 26% keluarga yang menerapkan pola asuh otoritarian. Jadi, pola asuh otoritarian adalah pola asuh yang tidak responsif terhadap kebutuhan anak, peraturan yang ketat, dan ruang kebebasan anak untuk berkreasi sangat minim (strict parents),” pungkas Putu.
Hal yang harus dilakukan perempuan jika sedang menghadapi permasalahan agar berani bicara, yakni menumbuhkan motivasi internal agar menemukan keberanian untuk bicara. Kemudian, melatih diri kita dengan berkata “tidak” dan mengakui perasaan. Orang yang mau mengakui apa yang ia rasakan, bisa dikatakan orang yang kuat, dengan mengungkapkannya berarti kita tidak bertindak agresif. Dukungan dari teman dan konsultasi ke psikolog juga menjadi salah satu alternatif.
“Kalau kita tidak punya motivasi internal untuk bicara, itu juga keberaniannya sulit kita temukan. Untuk menemukan motivasi internal ini adalah dengan mencari alasan yang bermakna untuk diri kita dan lingkungan sekitar,” imbuhnya. Putu juga menambahkan bagaimana agar perempuan dapat konsisten berani bicara. Melalui motivasi internal dapat menyadarkan kita bahwa “tidak apa-apa jika gagal.” Kemudian, perlu adanya pola pikir something is better than nothing agar kita tidak takut untuk mencoba. Terakhir, tanamkan pola pikir kalau berani bicara itu bukan hanya untuk perbaikan diri sendiri tapi juga untuk kebaikan bersama.