Film Indonesia Yang Membangkitkan Semangat Belajar
September 23, 2021 2021-09-23 7:31Film Indonesia Yang Membangkitkan Semangat Belajar
“Knowledge is power” adalah kalimat yang memiliki arti pengetahuan adalah kekuatan. Kalimat tersebut berasal dari Sir Francis Bacon di dalam karya Meditationes Sacrae pada 1597. Kalimat dari Sir Francis sendiri dapat diartikan bahwa pengetahuan menjadi landasan untuk reputasi dan pengaruh yang menjadi kekuatan, serta mengindikasikan bahwa semua hal pencapaian tersebut berasal dari pengetahuan.

Di masa pandemi ini, banyak hal terganggu, termasuk pendidikan dari PAUD hingga kuliah yang mengakibatkan terhambatnya pengalaman dalam pergaulan serta pembelajaran secara tatap muka. Tidak hanya itu, banyak siswa maupun murid yang mengalami kendala secara finansial dan psikologi yang mungkin dapat menghilangkan semangat untuk menimba ilmu.
Untuk memberikan semangat belajar kembali dikalangan siswa, film dapat dijadikan sebagai media yang tepat dikarenakan banyaknya antusiasme pada kalangan muda terhadap film. Film yang akan dibahas pada artikel ini adalah 5 film Indonesia yang memiliki tema pendidikan, diharapkan 5 film berikut dapat membuat siswa untuk kembali bersemangat dan terinspirasi dalam mengejar pendidikan:
- Laskar Pelangi
Merupakan film yang diadaptasi dari novel karangan Andrea Hirata yang diproduseri oleh Mira Lesmana dan disutradarai oleh Riri Riza serta dirilis pada tahun 2008. Laskar pelangi berfokus pada sekolah Muhammadiyah di desa Gantong, Pulau Belitung pada tahun 1970an. Sekolah tersebut terancam ditutup oleh pemerintah setempat dikarenakan kurangnya murid yang ada disekolah tersebut. Namun, sekolah tersebut batal ditutup dengan hadirnya dua murid baru, yaitu Harun dan Lintang. Dengan kehadiran murid baru, Bu Muslimah, guru yang ada di sekolah tersebut semakin bersemangat untuk mengajar murid-murid yang ada. Bu Muslimah sendiri menjuluki anak didiknya sebagai Laskar pelangi dan bertekad untuk mengajar murid-muridnya ditengah keterbatasan yang ada. Murid-murid di sekolah Muhammadiyah tersebut dapat menunjukkan bakat yang mereka miliki dan menunjukkan Bu Muslimah dapat mendidik muridnya menjadi siswa berprestasi. Namun, persahatan para murid di sekolah Muhammadiyah mulai diuji ketika ayah Lintang meninggal dan Lintang terpaksa berhenti sekolah dan bekerja untuk menghidupi keluarganya. Namun dengan tekad kuat, teman-temannya terus sekolah dan meneruskan cita-cita dan semangat Lintang.
- Sokola Rimba
Sebuah film yang didasarkan pada pengalaman Butet Manurung bersama Suku Anak Dalam (SAD) yang diproduseri oleh Mira Lesmana dan digarap oleh Riri Riza, serta rilis di tahun 2013. Film ini berfokus pada seorang perempuan bernama Butet Manurung yang memutuskan untuk menjadi pengajar bagi anak-anak pedalaman yang dikenal sebagai orang rimba. Mereka sendiri tinggal di bagian hulu dari sungai Makekal di hutan bukit Duabelas. Suatu hari ketika Butet hendak pergi mengajar, dirinya terkena demam malaria dan diselamatkan oleh anak orang rimba yang bernama Nyunsang Bungo yang berasal dari Hilir sungai Makekal yang jauh dari tempat Butet mengajar. Bungo sendiri ternyata diam-diam telah melihat Butet mengajar membaca. Dirinya lalu membawa surat yang telah diberi cap jempol oleh ketua adat setempat. Isi surat tersebut ternyata adalah perjanjian persetujuan orang desa untuk dapat mengeksploitasi tanah adat. Bungo ingin belajar membaca dengan Butet untuk mengetahui isi surat tersebut. Hal ini menyadarkan keinginan Butet untuk turut mengajar anak-anak Rimba di bagian Hilir sungai Makekal. Keinginan Butet sendiri ditentang oleh rekan kerjanya dan beberapa kelompok dari suku Bungo yang menganggap kegiatan Butet akan membawa malapetaka terhadap suku mereka. Namun hal tersebut tidak menghalangi tekat Butet untuk tetap mengajar. Ketua adat suku Bungo akhirnya memperbolehkan Butet untuk tinggal dan mengajar. Namun, ketika kepala adat tersebut meninggal membuat anggota adat yang lain menganggap hal tersebut sebagai pertanda malapetaka dan membawa paksa Bungo untuk pergi sebagai tradisi bernama Melamun. Butet sendiri harus kembali ke kota dan harus berpisah dengan Bungo.Tetapi, dirinya tetap memperjuangkan pemikirannya untuk membangun sekolah. Beberapa bulan berlalu dimana Butet bertemu kembali dengan Bungo dimana Bungo telah fasih membaca dan menjadi juru bicara bagi kelompok adatnya ketika ada orang luar (masyarakat umum) meminta izin untuk mengeksploitasi hutan mereka. Bungo yang dapat membaca membuat orang luar terkejut dan menolak poin-poin yang ada pada surat untuk mengeksploitasi hutan kelompok Bungo
- Negeri 5 Menara
Film ini diadaptasi dari novel yang dibuat oleh Ahmad Faudi dengan judul yang sama. Film ini ditulis oleh Salman Aristo dan disutradarai oleh Affandi Abdul Rachman serta dirilis pada tahun 2012. Cerita film ini berfokus pada seorang pemuda bernama Alif yang baru lulus SMP dan bercita-cita untuk melanjutkan pendidikan di SMA popular di Bukit Tinggi lalu belajar di Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama temannya. Namun impian ini harus hilang ketika orang tua Alif menginginkan dirinya untuk melanjutkan pendidikan di pesantren yang ada di Ponorogo, Jawa Timur. Dengan berat hati Alif mengikuti keinginan orang tuanya dan belajar di pesantren Madani. Alif pun mengikuti pelajaran yang ada disana dengan setengah hati, namun hal itu berubah ketika Alif mendapatkan teman baru yang menyenangkan dan untuk berbagi dan belajar bersama. Mereka adalah Raja dari Medan, Baso dari Gowa, Dulmajid dari Sumenep, Said dari Surabaya, Atang dari Bandung. Mereka menamai diri mereka sebagai Sahibul Menara dan mereka berjuang bersama untuk menggapai impian mereka. Alif sendiri yakin perjuangannya tidak akan sia-sia setelah terinspirasi oleh kalimat “Man jadda wajada”, yang berarti siapa yang bersungguh-sungguh, maka dia akan mendapatkannya. Cerita Negeri 5 Menara sendiri berlanjut lima belas tahun kemudian, dimana Sahibul Menara dipertemukan kembali di Trafalgar Square London dengan membawa Menara mereka masing-masing. Impian mereka yang dulu telah menjadi nyata.
- Mimpi Ananda Raih Semesta (MARS)
Film yang diadaptasi dari novel dengan judul yang menceritakan tentang perjuangan Ibu untuk membesarkan dan menyekolahkan anaknya. Film ini diproduseri oleh Sahrul Gibran dan rilis pada tahun 2016. Film ini sendiri berfokus pada perjuangan Surip dan Tupqon untuk menyekolahkan anak mereka Sekar Palupi. Namun, hal naas terjadi ketika Surip meninggal ketika bekerja yang membuat Topan seorang diri berjuang untuk menghidupi dan menyekolahkan anaknya. Tupon yang buta huruf dan sering dicela karena keadaan ingin Sekar tidak bernasib seperti dirinya yang tidak berpendidikan dan selalu dicela orang. Tupon juga sering menunjukan keindahan planet Mars dan berkata pada Sekar bahwa dirinya dapat pergi ke sana melalui ilmu pengetahuan yang dipunyainya. Film ini juga turut menceritakan Sekar yang juga berjuang untuk belajar agar dapat membahagiakan ibunya. Perjuangan Tupon sendiri tidak sia-sia dimana Sekar dapat menempuh pendidikan di Universitas Oxford, Inggris jurusan astronomi.
- Sepatu Dahlan
Sebuah film yang terinspirasi dari novel dengan judul yang sama yang menceritakan kisah hidup Dahlan Iskan, mantan Menteri BUMN. Film Sepatu Dahlan disutradarai oleh Benni Setiawan dan rilis pada tahun 2014. Film sendiri berfokus pada hidup Dahlan Iskan semasa SD dan SMP yang menceritakan perjuangan Dahlan muda dalam menempuh pendididkan dengan situasi ekonomi yang tidak bagus dan keinginannya untuk memiliki sepatu dan sepeda. Keluarga Dahlan sendiri terdiri dari 2 kakak perempuan yang berkuliah di perguruan tinggi, Zain, adiknya masih dibangku Sekolah Rakyat (SD pada masa Dahlan kecil), ayahnya yang bekerja serabutan, dan ibu Dahlan yan berkerja sebagai pembuat batik. Film ini juga menceritakan duka Dahlan, seperti ketika ibunya meninggal karena terlalu keras bekerja untuk membeli Dahlan sepatu, merusak sepeda temannya dan menggantinya dengan kambing punya Dahlan kecil, dan mengecewakan orang tuanya dengan nilai rapot yang kurang memuaskan. Film ini juga menceritakan perjuangan Dahlan seperti menempuh perjalanan ke sekolah tanpa menggunakan sepatu karena dirinya tidak dapat membeli, menjaga adiknya dan juga bersekolah ketika ibunya dibawa ke rumah sakit, dan ikut berkompetisi dalam lomba voli tingkat kabupaten Magetan. Film ini pun menunjukan terwujudnya impian Dahlan kecil ketika ayahnya akhirnya mampu membelikan sepatu untuk Dahlan.